Liputan6.com, Jakarta Berbagai penelitian nyeleneh sudah banyak dilakukan oleh ilmuwan. Salah satunya belum lama ini peneliti asal Inggris dan Australia rela makan Lego untuk mengetahui seberapa lama bakal keluar dari tubuh.
Melansir Live Science pada Selasa (27/11/2018), di awal tahun ini, enam ilmuwan kesehatan anak menelan potongan mainan Lego berwarna kuning. Mereka ingin mencari tahu berapa lama waktu yang dibutuhkan benda itu untuk keluar saat buang air besar.
Advertisement
Untuk penelitian ini, mereka mengambil setiap kotoran yang mereka keluarkan setelah menelan kepala Lego tersebut. Hingga, benda berwarna kuning itu terlihat dalam feses mereka.
"Penelitian ini sedikit bersenang-senang menjelang Natal," kata konsultan pengobatan darurat anak di Royal London Hospital Dr. Tessa Davis yang juga salah satu peneliti yang menelan Lego tersebut.
Saksikan juga video menarik berikut ini:
Tujuan penelitian sesungguhnya
Penelitian ini mungkin terdengar tidak berguna, tapi para ilmuwan yang terlibat memiliki tujuan mulia.
"Sebenarnya, kami banyak mendapati anak-anak yang datang ke gawat darurat setiap hari dengan benda asing yang tertelan," ujar Davis kepada Live Science.
Davis menambahkan, hampir tidak ada literatur ilmiah yang melihat efek dari mainan yang ditelan anak-anak atau orang dewasa. Dia dan lima rekannya dari Australia dan Inggris mencoba untuk mencari tahu tentang hal tersebut.
Selama tiga hari sebelum menelan Lego, para peneliti menyimpan sebuah catatan rinci tentang kekerasan dan frekuensi BAB mereka. Mereka juga menggunakan sebuah skala khusus untuk melihatnya.
Advertisement
Ditemukan setelah dua kali BAB
Setelah menelan mainan itu, mereka menilai BAB yang dilakukan, serta mengambil kotoran mereka. Davis sendiri hanya membutuhkan dua kali BAB hingga menemukan kembali mainan tersebut. Ini memberinya skor yang disebut Find and Retrieval Time (FART-dalam bahasa Indonesia berarti kentut), 1,42 hari.
Sementara, dua peserta lain menemukan mainan tersebut setelah BAB sekitar 27 dan 32 jam setelah menelannya. Dua lainnya berhasil setelah tiga kali ke toilet, sementara satu rekannya tidak pernah menemukannya.
"Dia harus menganalisis kotorannya selama dua minggu," kata Davis.
Penelitian tersebut diterbitkan dalam Journal of Paediatrics and Child Health edisi 22 November. Judulnya sendiri terbilang unik yaitu "Everything is Awesome: Don't Forget the Lego."