Jurus Kemenperin Tingkatkan Daya Saing IKM Komponen Otomotif

Kberadaan IKM dalam rantai pasok industri otomotif nasional menjadi bagian penting dalam perkembangan ekonomi di Indonesia.

oleh Septian Deny diperbarui 27 Nov 2018, 15:32 WIB
Suasana perakitan mobil di PT Mitsubishi Motors Krama Yudha Indonesia (MMKI), Cikarang, Bekasi, Jawa Barat, Selasa (25/4). Menempati luas area 30 hektar, pabrik MMKI telah mulai memproduksi Pajero Sport & small-MPV Mitsubishi.(Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Perindustrian (Kemenperin) berupaya meningkatkan daya saing industri kecil dan menengah (IKM) di era industri 4.0. Salah satunya melalui kegiatan link and match IKM komponen otomotif dengan tier Agen Pemegang Merek (APM) dan industri besar.

Direktur Jenderal IKM Kemenperin, Gati Wibawaningsih mengatakan kegiatan Link and Match ini merupakan langkah nyata Kemenperin dalam memperkuat peran IKM di dalam struktur industri nasional.‎ Terlebih keberadaan IKM dalam rantai pasok industri otomotif nasional menjadi bagian penting dalam perkembangan ekonomi di Indonesia.

“Tidak hanya mampu dalam memproduksi berbagai komponen maupun aksesoris mobil dan motor dengan standar kualitas yang telah ditetapkan APM, IKM juga telah membuktikan kemampuannya dalam berinovasi dan melakukan pengembangan produk komponen yang selama ini dipenuhi oleh pasar impor," ujar dia di Jakarta, Selasa (27/11/2018).

Gati menjelaskan, nilai impor suku cadang kendaraan bermotor roda empat atau lebih pada rentang Januari-Juni 2018 adalah sebesar USD 2,06 miliar, meningkat 33 persen pada periode yang sama di 2017 yang sebesar USD 1,54 miliar.

"Kita optimis jika dilakukan lokalisasi terhadap produk-produk impor tersebut, maka ini akan menjadi peluang positif bagi IKM untuk dapat mengisinya," lanjut dia.

Kegiatan Link And Match IKM Komponen Otomotif Dengan Tier APM dan Industri Besar ini dilaksanakan dalam upaya menjembatani IKM komponen otomotif untuk dapat bertemu dengan supplier APM dan industri besar.

Tujuannya, agar IKM dapat menggali informasi mengenai potensi pasar yang dapat dijajaki di suplier APM dan industri besar.

"Selanjutnya suplier APM juga bisa mendapatkan informasi tentang potensi IKM yang dapat memasok kebutuhan industri besar dan dijadikan bagian dari supply chain, dan serta pemerintah dalam hal ini Ditjen IKM mendapat masukan terkait kebutuhan pembinaan IKM ke depan," ungkap dia.

Gati meyakini, IKM di sektor otomotif bisa naik kelas dengan terbukanya kesempatan yang diberikan oleh Tier APM untuk dapat menjadi mitra kerja yang baik.

“Semoga melalui kegiatan Link and Match Komponen Otomotif dengan Tier APM yang berlangsung pada hari ini dapat membawa kemajuan bagi perkembangan industri otomotif dalam negeri, dan khususnya didapatkan kemitraan yang saling menguntungkan antara Tier APM dengan IKM komponen otomotif menuju industri dalam negeri yang kuat dan berdaya saing," tandas dia.


Menperin Ajak Negara Berkembang Lihat Penerapan Industri 4.0 di RI

Menperin Airlangga Hartarto melakukan test drive saat penyerahan 10 mobil listrik dari Mitsubishi Motors kepada pemerintah Indonesia. Mobil tersebut terdiri dari delapan unit Mitsubishi Outlander PHEV dan dua unit i-MiEV. (Liputan6.com/JohanTallo)

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengajak pemerintah dan pelaku industri di negara berkembang untuk melihat dan belajar pengembangan revolusi industri ke-4 di Indonesia.

Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto, mengatakan pihaknya telah menetapkan lima industri yang siap mengimplementasikan revolusi industri 4.0 seperti industri otomotif, elektronik, kimia, tekstil serta makanan dan minuman.

Perwakilan dari negara-negara Afrika telah datang untuk melihat proses penerapan revolusi industri ini.

"Sekarang misalnya ada beberapa orang sudah bisa ikut pelatihan di Indonesia terutama dari negara-negara Afrika misalnya. Kita membuka diri untuk itu, apakah itu di tempat pelatihan ataukah nanti untuk melihat di industri, terutama industri industri yang nanti jadi percontohan untuk industri 4.0," ujar dia dalam Konferensi Regional Pembangunan Industri ke-1 (Regional Conference on Industrial Development/RCID) di Kuta, Bali, Jumat (9/11/2018).

Dia menjelaskan, saat ini Indonesia menjadi salah satu negara yang telah memiliki peta jalan pengembangan industri 4.0.

Di kawasan Asia, masih sedikit negara yang telah memiliki peta jalan semacam ini.

"Indonesia sendiri yang sudah membuat roadmap Making Indonesia 2030. Kita menjadi salah satu dari tidak banyak negara Asia yang sudah membuat roadmap. Dan kami juga menyediakan diri beberapa pilot project di Indonesia untuk dilihat oleh negara lain," ungkap dia.

Melalui ‎Konferensi Regional Pembangunan Industri ke-1 yang berlangsung selama dua hari ini, diharapkan banyak negara berkembang yang melihat dan bertukar pikiran dengan Indonesia dalam penerapan revolusi industri 4.0.

"Artinya kita mengundang mereka juga untuk melihat. Dan kita sudah bisa memberikan beasiswa kepada negara-negara lain, developing countries, untuk bekerjasama di Indonesia termasuk dalam pengembangan program Indonesia dengan UNIDO (United Nation Industrial Development Organization). Sehingga tidak hanya dinikmati oleh Indonesia tetapi dapat dinikmati oleh negara-negara lain,” ujar dia.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya