Liputan6.com, Andaman dan Nikobar - Para pelestari lingkungan telah meminta pihak berwenang di Kepulauan Andaman dan Nikobar untuk membatalkan evakuasi jasad pria warga negara Amerika Serikat yang tewas dipanah oleh Suku Sentinel pada 16 November 2018 lalu.
Usai dibunuh, jasad John Allen Chau (26) diyakini dikubur oleh Suku Sentinel di pesisir pantai pulau yang menjadi tempat mereka mengisolasi diri, yaitu Pulau Sentinel Utara, yang merupakan bagian dari gugus Kepulauan Andaman dan Nikobar.
Hampir dua pekan usai kematiannya, otoritas belum juga berhasil mengevakuasi jasad Chau, dengan upaya terakhir untuk hal itu menuai resistensi dari Suku Sentinel. Mereka dilaporkan menghadang upaya kepolisian untuk mengevakuasi jasad pemuda AS tersebut.
Sekelompok ahli termasuk antropolog dan peneliti yang telah mempelajari Suku Sentinel, mengimbau bahwa upaya lebih lanjut tim kepolisian untuk mengevakuasi jasad Chau mungkin akan meningkatkan ketegangan.
Baca Juga
Advertisement
"Suku Sentinel jelas melihat hal ini (upaya tim kepolisian untuk mengevakuasi jasad Chau) sebagai gangguan yang tidak diinginkan," kata sekelompok ahli dalam pernyataan tertulis, seperti dikutip dari media India NDTV, Selasa (27/11/2018).
"Melanjutkan upaya-upaya itu bisa mengarah pada kekerasan lebih lanjut dan kehilangan nyawa yang seharusnya tidak terjadi," kata para antropolog itu, yang terdiri dari Pankaj Sekhsaria, Visvajit Pandya, Manish Chandi, Madhusree Mukherjee dan Sita Venkateswar.
"Hak dan keinginan Suku Sentinel harus dihormati dan tidak ada yang bisa dicapai dengan meningkatkan konflik dan ketegangan, dan lebih buruk lagi, untuk menciptakan situasi di mana lebih banyak bahaya yang ditimbulkan," kata mereka.
Sementara itu, Kepolisian Andaman dan Nikobar mengatakan bahwa mereka akan menghindari konfrontasi apapun dengan Suku Sentinel dan akan meminta keterangan ahli pada kontak lebih lanjut dalam upaya untuk mengevakuasi jasad Chau.
Polisi telah menggunakan helikopter dan sebuah kapal untuk mendekati pulau yang dilindungi tetapi gagal menemukan mayat Chau atau mengidentifikasi tempat di mana dia terbunuh.
"Undang-undang melarang siapa pun pergi ke sana (Pulau Sentinel Utara). Tetapi sebuah kasus pembunuhan telah diajukan kepada polisi dan itu harus diselidiki. Kami tidak mencari konfrontasi dan tidak ingin memberikan tekanan kepada Suku Sentinel," Direktur Kepolisian Andaman dan Nikobar, Dependra Pathak memberitahu NDTV.
Mengevakuasi jasad bisa memakan waktu berhari-hari, jika itu terjadi sama sekali, karena pihak berwenang bersikeras bahwa mereka tidak dapat mengganggu Suku Sentinel atau habitat mereka di zona yang sangat sensitif.
Dalam sebuah buku harian 13 halaman yang ditinggalkan oleh Chau, ia menggambarkan bagaimana ia berhasil menipu polisi, Angkatan Laut dan Penjaga Pantai sebelum mencapai pulau itu.
Simak video pilihan berikut:
Dihadang Suku Sentinel, Polisi India Gagal Evakuasi Jasad Chau
Awal pekan ini, kepolisian India gagal mengevakuasi jasad John Allen Chau di Pulau Sentinel Utara, Kepulauan Andaman dan Nikobar, setelah dihadang oleh orang-orang etnik tersebut.
Suku Sentinel dilaporkan berjaga dan siap bertarung di pesisir pulau, ketika perahu kepolisian India mendekat dengan hanya berjarak sekitar 400 meter dari bibir pantai. Demikian seperti dikutip dari The Sydney Morning Herald.
Melihat hal tersebut, polisi yang mendekat terpaksa mundur dan menunda misi pencarian John Allen Chau (26). Pemuda itu diyakini tewas akibat dihujani panah, sesaat setelah mendarat di Pulau Sentinel Utara pada 16 November 2018.
Polisi bahkan sempat saling adu tatap muka dengan sekelompok Suku Sentinel.
"Mereka menatap kami (para anggota polisi) dan kami menatap balik," kata Dependra Pathak, Direktur Jenderal kepolisian Andaman dan Nikobar.
Perahu polisi kemudian mundur untuk menghindari konfrontasi apa pun. Pihak berwenang selalu berhati-hati untuk menghindari kontak langsung dengan Suku Sentinel, kelompok pra-neolitik yang pulaunya dilarang oleh India untuk dikunjungi manusia.
Tapi kematian Chau pada pekan lalu telah menyoroti masalah-masalah tentang upaya orang luar untuk berinteraksi dengan salah satu suku terasing terakhir di dunia, yang bahasa dan adat istiadatnya sangat tidak dapat dipahami.
Para nelayan yang membawa Chau ke Pulau Sentinel Utara mengatakan, mereka melihat anggota suku menguburkan jasad Chau di pantai.
Suku Sentinel telah diketahui menyerang siapa saja yang pergi ke pulau itu, sebab mereka menganggap orang asing sebagai ancaman. Dua nelayan yang tersapu ombak ke pulau itu pada 2006, juga dinyatakan tewas. Satu pekan setelahnya, tubuh mereka ditemukan terpaku pada pasak bambu dan dihadapkan ke laut.
"Dibuat seperti orang-orangan sawah," tutur Dependra Pathak, yang juga menjelaskan bahwa kepolisian masih turut menyelidiki kasus 12 tahun silam.
"Kami sedang mempelajari kasus 2006. Kami bertanya kepada para antropolog, apa yang mereka (Suku Sentinel) lakukan ketika mereka membunuh orang luar," ucap kepala polisi itu kepada Agence France-Presse. "Kami mencoba memahami psikologi kelompok itu."
Meskipun kematian Chau secara resmi adalah kasus pembunuhan, antropolog mengatakan bahwa sangat mustahil untuk mengambil kembali jenazah laki-laki berkebangsaan Amerika itu, dan kemungkinan besar tidak ada tuntutan yang akan dilakukan oleh otoritas terhadap Suku Sentinel yang dilindungi.
Di sisi lain, pihak keluarga Chau mengatakan, mereka tak akan mencari pembalasan hukum kepada pelaku maupun para nelayan yang dibayar oleh Chau untuk mengantarkannya ke Pulau Sentinel Utara.
Advertisement