Liputan6.com, Bandung - Permulaan abad ke-20, para astronom mulai menyadari bahwa bintang-bintang terikat satu sama lain membentuk sistem galaksi.
Jika sebelumnya teleskop berukuran besar hanya terkonsentrasi di belahan bumi utara, terutama di Eropa dan Amerika Utara, keinginan para ahli untuk meneliti dan memahami struktur galaksi tersebut mendorong dibangunnya berbagai teleskop besar di belahan bumi selatan.
Salah satunya teleskop refraktor ganda Zeiss, yang berada di Observatorium Bosscha, Lembang, Kabupaten Bandung Barat.
Teropong reflektor dobel sepanjang 11 meter dan berdiameter 60 centimeter dengan berat 17 ton itu dipesan dari perusahaan optik ternama Jerman, Carl Zeiss Jena.
Baca Juga
Advertisement
Dibangun pada 1928, benda peneropongan itu berada dalam rumah teropong berbentuk bulat dengan puncak seperti kubah berdiameter 14,5 meter. Bangunan kubahnya sendiri dirancang oleh arsitek C. P. Wolf Schoemacher.
Teropong Zeiss telah berkontribusi luar biasa dalam mengungkap sisi-sisi alam semesta yang tak terjangkau dari bumi. Selama kurun 90 tahun manusia mendapat kesempatan menikmati betapa megahnya alam semesta dari mata yang ada di ruang angkasa.
Staf peneliti dari Observatorium Bosscha, Yatny Yulianty mengatakan, saat ini, teropong ganda Zeiss 60 centimeter itu merupakan teleskop terbesar dan tertua di Observatorium Bosscha. Meski sudah berusia 90 tahun, sampai sejauh ini teleskop masih berfungsi dan terawat dengan sangat baik.
"Dari tahun 1920-an sampai 2013, sudah banyak data yang dihasilkan dari penelitian menggunakan teropong Zeiss," kata Yatny kepada Liputan6.com, Selasa (27/11/2018).
Teleskop Zeiss milik Observatorium Bosscha sempat menggunakan sistem detektor fotografi sampai dengan tahun 1980-an. Namun sejak awal 1990-an, teknologi detektor digital dengan menggunakan CCD astronomi mulai digunakan di Bosscha, untuk meningkatkan tingkat sensitifitas pengamatan. Selain itu, instrumentasi teleskop juga terus dimodernisasi.
Yatny mengungkapkan, penelitian menggunakan teleskop Zeiss akan terus dilakukan dan diupayakan untuk menghasilkan tujuan yang berguna bagi kehidupan manusia yang tidak bisa lepas dari tata surya.
Salah satunya, mengamati bintang-bintang yang jauh lebih lemah cahayanya, kurang lebih 100.000 kali lebih lemah dari bintang yang dapat dilihat oleh mata telanjang.
Selain itu, teropong Zeiss juga khusus untuk mengamati benda langit tertentu, seperti bintang ganda visual. Hingga saat ini ada koleksi puluhan ribu data pengamatan bintang ganda visual yang diperoleh dengan menggunakan teleskop Zeiss.
"Secara spesifik terkait penelitian bintang ganda yang sudah diolah sedemikian rupa ini, data pengamatannya bisa memggambarkan gerak orbit secara penuh," ujarnya.
Menurutnya, penelitian gerak orbit punya pernanan penting dalam perkembangan astronomi. Sebab, dari bentuk lintasan orbit kedua bintang hasil pengamatan nantinya akan dibandingkan dengan hasil perhitungan teoritis. Pada akhirnya, akan sangat membantu dalam memperkirakan nilai massa suatu bintang.
"Jika penelitian tentang massa bisa terungkap, maka akan menjawab evolusi bintang. Setelah evolusi bintang, kita bisa mengetahui matahari dan seterusnya. Itulah fungsi penelitian," papar Yatny.
Memperingati 90 Tahun Teleskop Zeiss
Dalam rangka memperingati 90 tahun teleskop Zeiss, Observatorium Bosscha akan menggelar acara pada Sabtu (1/12/2018) mendatang. Acara ini akan diisi berbagai kegiatan mulai dari seminar, presentasi dan kunjungan ke teleskop Zeiss.
"Seminar dan presentasi akan memaparkan hasil kegiatan penelitian yang telah kami lakukan dan rencana proyek penelitian astronomi yang akan dikakukan ke depan," kata Yanty.
Maka dari itu, pihak Observatorium Bosscha meniadakan agenda kunjungan untuk umum pada tanggal tersebut.
"Undangannya terbatas sekitar 100 orang, khusus untuk rekanan dan orang banyak membantu Observatorium Bosscha. Peserta dari kalangan umum hanya kita libatkan dari masyarakat sekitar," kata Yatny.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Advertisement