Setiap Tahun, Bakteri Berbahaya Renggut 33.000 Nyawa di Eropa

Analisis yang diterbitkan dalam jurnal Lancet Infectious Diseases memperingatkan bahwa beban patogen ini serupa dengan HIV, flu, dan TBC.

Oleh DW.com diperbarui 29 Nov 2018, 08:00 WIB
Ilustrasi bakteri luar angkasa. (Foto: Mirror)

Liputan6.com, Jakarta - Menurut studi Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa (ECDC), diperkirakan sekitar 33.000 orang di Eropa meninggal setiap tahun setelah terinfeksi bakteri yang resisten terhadap antibiotika. Italia dan Yunani adalah dua negara dengan korban terbanyak.

Analisis yang diterbitkan dalam jurnal Lancet Infectious Diseases memperingatkan bahwa beban patogen ini serupa dengan bakteri yang menyebabkan HIV, flu, dan tuberkulosis (TBC).

"Infeksi karena bakteri  resisten antibiotik mengancam kesehatan modern," tulis para peneliti seperti dikutip DW pada Kamis (29/11/2018).

Mereka melacak peningkatan signifikan angka kematian dari 2007 yang mencapai 25.000 kematian.

Bayi dan orang tua paling berisiko, dengan tiga perempat pasien terinfeksi di rumah sakit dan klinik kesehatan. Para peneliti juga mencatat perbedaan yang besar di antara negara-negara di Eropa.


Perbedaan di Uni Eropa

Shigellosis, penyakit menular ini dari bakteri Shigella. (Ilustrasi: Hully Daily Mail)

Studi ECDC menggunakan data dari 2015, melihat lima jenis infeksi yang disebabkan oleh bakteri resisten antibiotik di Uni Eropa dan Kawasan Ekonomi Eropa.

Yunani dan Italia adalah yang paling parah, sementara tingkat infeksi lebih rendah di negara-negara Eropa utara.

Di Jerman, misalnya, hanya ada kurang dari 55.000 infeksi patogen yang resisten terhadap obat dan menyebabkan sekitar 2.400 kematian.

Pakar kesehatan telah lama memperingatkan tentang bahaya yang ditimbulkan oleh "superbug", bakteri yang mampu bertahan dari antibiotik paling kuat.

Ini pun sebenarnya upaya terakhir dalam kasus di mana tidak ada pilihan pengobatan lain yang tersisa.

"Ketika ini (antibiotika) tidak lagi efektif, sangat sulit dan tidak mungkin untuk mengobati infeksi," kata ECDC dalam sebuah pernyataan yang dikutip oleh Reuters.

Penulis penelitian menekankan bahwa mengatasi tantangan kesehatan yang sangat besar ini akan membutuhkan koordinasi di tingkat Uni Eropa dan global, serta strategi pencegahan dan kontrol yang disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing negara.

 


Bakteri Mematikan Ancam Jutaan Manusia pada 2050?

Beberapa bakteri, seperti Listeria monocytogenes, dapat menghasilkan listrik. Bakteri ini mengangkut elektron melalui dinding sel ke lingkungan sekitarnya, dengan bantuan dari molekul flavin --ditampilkan dalam warna kuning. (University of California)

Seperti diketahui, jutaan populasi penduduk di Eropa, Amerika Utara dan Australia, terancam oleh infeksi bakteri super yang kebal terhadap berbagai jenis obat-obatan.

Peringatan tersebut diungkap oleh Organisasi Kerjasama Pembangunan Ekonomi Eropa (OECD), sebagaimana dilansir DW pada Selasa (13/11/2018).

OECD mewanti-wanti wabah bakteri super bisa menyebabkan "konsekuensi buruk" pada kesehatan publik dan anggaran kesehatan.

Organisasi itu menuntut agar pemerintah di berbagai negara memperbaiki standar kebersihan di rumah sakit dan mengurangi penggunaan antibiotika pada pasien.

 

Adapun anggaran yang diperlukan untuk meredam wabah tersebut akan berada di kisaran 3,5 triliun Euro untuk setiap negara.

Indonesia, klaim OECD, termasuk negara yang paling rajin mengkonsumsi antibiotika untuk keperluan medis atau untuk kesehatan hewan di sektor peternakan.

Akibatnya, muncul jenis bakteri baru yang kebal terhadap obat-obatan yang dirancang untuk membunuhnya.

Bersama Brazil, Tiongkok, dan Rusia, saat ini sebanyak 60 persen infeksi bakteri di Indonesia misalnya sudah dinyatakan kebal terhadap setidaknya satu jenis antibiotika.

Reporter: DW

Sumber: DW Indonesia

(Jek)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya