Liputan6.com, Yogyakarta: Gubernur Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X meresmikan gedung warisan kolonial eks de Javasche sebagai museum dan cyber library kantor Bank Indonesia, belum lama ini. Gedung bergaya neo klasik yang merupakan aset Bank Indonesia ini didesain sebagai ruang pameran, pertunjukan kesenian, kafe, pusat informasi, dan perpustakan digital dengan koleksi khusus mengenai perekonomian dan kebanksentralan.
Gubernur mengatakan bahwa kebijakan bank sentral untuk membangun museum, menambah koleksi museum di DIY. Tak hanya itu, museum tersebut dapat membangun peradaban manusia. "Kini DIY memiliki satu museum lagi dan lokasinya strategis karena berada di titik nol kilometer. Bangunan ini bernilai historis tinggi dan sejalan dengan Yogyakarta sebagai kota pendidikan," kata Sultan saat peresmian.
Deputi Gubernur Bank Indonesia Ardhayadi Mitroatmodjo mengatakan museum tersebut merupakan bentuk tanggung jawab sosial untuk melestarikan bangunan tua yang bisa digunakan untuk kepentingan publik. Ia menambahkan bahwa gedung warisan kolonial ini dapat digunakan untuk mengetahui sejarah bangsa Indonesia khususnya dalam bidang perekonomian, moneter, dan keuangan secara utuh.
Sementara itu, cyber library tersebut akan terhubung secara online dengan perpustakaan daerah atau perguruan tinggi sehingga memudahkan pembelajaran tentang sejarah bank sentral. "Gedung ini diharapkan dapat bermanfaat bagi arsitek, komunitas pelestarian dan pemeharti, dan pecinta gedung-gedung tua," ujar Ardhayadi.
Sementara itu, Direktur Logistik dan Pengamanan BI Dyah Virgo Anna Gandhi menjelaskan, bangunan ini merupakan salah satu dari empat gedung yang dikonversi bank sentral. Termasuk bekas rumah tinggal para pejabat De Javanesche Bank.
"Kami berusaha melestarikan gedung yang merupakan tonggak sejarah perbankan sejak tahun 1915. Kami juga bekerja sama dengan pakar konservasi untuk penelitian dan pengukuran detail arsitektur dengan prinsip-prinsip konservasi," katanya.(Ant/ADO)
Gubernur mengatakan bahwa kebijakan bank sentral untuk membangun museum, menambah koleksi museum di DIY. Tak hanya itu, museum tersebut dapat membangun peradaban manusia. "Kini DIY memiliki satu museum lagi dan lokasinya strategis karena berada di titik nol kilometer. Bangunan ini bernilai historis tinggi dan sejalan dengan Yogyakarta sebagai kota pendidikan," kata Sultan saat peresmian.
Deputi Gubernur Bank Indonesia Ardhayadi Mitroatmodjo mengatakan museum tersebut merupakan bentuk tanggung jawab sosial untuk melestarikan bangunan tua yang bisa digunakan untuk kepentingan publik. Ia menambahkan bahwa gedung warisan kolonial ini dapat digunakan untuk mengetahui sejarah bangsa Indonesia khususnya dalam bidang perekonomian, moneter, dan keuangan secara utuh.
Sementara itu, cyber library tersebut akan terhubung secara online dengan perpustakaan daerah atau perguruan tinggi sehingga memudahkan pembelajaran tentang sejarah bank sentral. "Gedung ini diharapkan dapat bermanfaat bagi arsitek, komunitas pelestarian dan pemeharti, dan pecinta gedung-gedung tua," ujar Ardhayadi.
Sementara itu, Direktur Logistik dan Pengamanan BI Dyah Virgo Anna Gandhi menjelaskan, bangunan ini merupakan salah satu dari empat gedung yang dikonversi bank sentral. Termasuk bekas rumah tinggal para pejabat De Javanesche Bank.
"Kami berusaha melestarikan gedung yang merupakan tonggak sejarah perbankan sejak tahun 1915. Kami juga bekerja sama dengan pakar konservasi untuk penelitian dan pengukuran detail arsitektur dengan prinsip-prinsip konservasi," katanya.(Ant/ADO)