Liputan6.com, Nay Pyi Taw - Myanmar merupakan salah satu negara di ASEAN yang tengah berkembang dan terus membangun. Salah satu yang jadi perhatian negara ini adalah sektor transportasi perkeretaapian.
Kali ini Liputan6.com berkesempatan mengunjungi pabrik perawatan kereta api (Balai Yasa) milik Myanmar Railways di Mandalay, Myanmar.
Di lokasi inilah, semua jenis kerta api menjalani perawatan dan pengembangan. Mulai dari kereta penumpang hingga barang.
Baca Juga
Advertisement
Di Myannar terdapat dua kelas layanan kereta untuk penumpang yaitu upper class (Eksekutif) dan ordinary class (Ekonomi).
Untuk upper class, Myanmar Railways mengoperasikan gerbong dengan kapasitas tak lebih dari 30 penumpang. Sedangkan untuk ekonomi, setiap gerbong memiliki kapasitas 60 penumpang.
Seperti di Indonesia, kelas ekonomi kereta api di Myanmar memiliki desain tempat duduk saling berhadapan. Hanya saja, kursi yang digunakan berbahan dari fiber tanpa busa.
Tak hanya itu, kelas ekonomi di Myanmar tak memiliki fasilitas charging point dan belum memiliki pendingin ruangan (air conditioner/AC).
Berbeda dengan di Indonesia, kereta kelas ini bisa dibilang lebih nyaman, di mana meski duduk saling berhadapan namun kursi sudah berbusa, berpendingin ruangan dan terdapat fasilitas charging point.
Perbandingan dengan Kereta Indonesia
Untuk kelas eksekutif, Myanmar Railways pun tak memasang AC di dalam gerbong. Mereka masih menggunakan kipas angin dengan ukuran tak terlalu besar yang dibagian atas dalam gerbong.
Bahkan fasilitas charging tak tersedia di kelas ini. Yang membedakan dengan kelas ekonomi hanyalah kursi kereta yang lebih nyaman dan tak saling berhadapan.
Di Indonesia sendiri, saat ini untuk kelas eksekutif, PT Kereta Api Indonesia (Persero) sudah mengoperasikan kereta dengan fasilitas lengkap. Mulai dari fasilitas entertaiment hingga CCTV yang terpasang di setiap gerbong.
Mengenai fasilitas kereta, baik Myanmar Railways ataupun KAI, sama-sama menghadirkan fasilitas toilet di setiap gerbongnya.
Satu hal lagi yang membedakan kereta api di Myanmar dan di Indonesia adalah dalam hal kecepatan. Jika di Indonesia kereta api bisa melaju dengan kecepatan 90-100 km/jam, di Myanmar kereta api hanya melaju dengan kecepatan 60-70 km/jam.
"Kalau kita lihat secara keseluruhan, sudah jelas, untuk pelayanan kereta api, mau itu keretanya atau sistem pembelian tiketnya, Indonesia jelas lebih maju dibanding Myanmar," kata Direktur Keuangan KAI Didiek Hartyanto kepada Liputan6.com.
Advertisement