Liputan6.com, Washington: Amerika Serikat dan Korea Utara sedang mempersiapkan untuk pembicaraan nuklir pertama mereka sejak kematian pemimpin Korut, Kim Jong-il pada Desember lalu. Utusan khusus AS Glyn Davies akan bertemu wakil khusus Korut Kim Kye-gwan di Beijing, Kamis (23/2) ini.
Laman NHK mewartakan, kedua belah pihak dijadwalkan untuk menggelar pembicaraan di Kedutaan Besar Korea Utara di Beijing, Cina, pada pagi hari dan di Kedutaan Besar AS di sore harinya. Setibanya di Cina, Rabu kemarin, Davies mengatakan bahwa AS perlu melihat apakah kepemimpinan baru Korut masih bersedia untuk mengambil langkah-langkah untuk meninggalkan program nuklirnya.
Davies juga mengatakan, ia ingin menentukan apakah Korut akan segera menghentikan pengayaan uranium dan mengizinkan PBB untuk memantau fasilitas nuklirnya. Menurut para pengamat, Korut tampaknya setuju untuk bertemu karena menginginkan bantuan AS untuk membantu mengurangi kekurangan pangan kronis yang menjelang perayaan besar pada April mendatang untuk ulang tahun ke-100 pendiri Korut, Kim Il-sung.
Perhatian internasional kini terfokus pada pembicaraan Kamis ini yang dianggap sebagai indikator masa depan hubungan antara kedua negara di bawah pemimpin baru Korut, Kim Jong-un.(JAY)
Laman NHK mewartakan, kedua belah pihak dijadwalkan untuk menggelar pembicaraan di Kedutaan Besar Korea Utara di Beijing, Cina, pada pagi hari dan di Kedutaan Besar AS di sore harinya. Setibanya di Cina, Rabu kemarin, Davies mengatakan bahwa AS perlu melihat apakah kepemimpinan baru Korut masih bersedia untuk mengambil langkah-langkah untuk meninggalkan program nuklirnya.
Davies juga mengatakan, ia ingin menentukan apakah Korut akan segera menghentikan pengayaan uranium dan mengizinkan PBB untuk memantau fasilitas nuklirnya. Menurut para pengamat, Korut tampaknya setuju untuk bertemu karena menginginkan bantuan AS untuk membantu mengurangi kekurangan pangan kronis yang menjelang perayaan besar pada April mendatang untuk ulang tahun ke-100 pendiri Korut, Kim Il-sung.
Perhatian internasional kini terfokus pada pembicaraan Kamis ini yang dianggap sebagai indikator masa depan hubungan antara kedua negara di bawah pemimpin baru Korut, Kim Jong-un.(JAY)
