Ibunda Warga AS Korban Panah Suku Sentinel: Anakku Mungkin Masih Hidup...

Sanak dan saudara dari warga AS yang tewas dipanah Suku Sentinel menyatakan bahwa John Allen Chau mungkin masih hidup.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 30 Nov 2018, 07:00 WIB
John Allen Chau, warga negara Amerika Serikat yang tewas dipanah oleh Suku Sentinel di Pulau Sentinel Utara, Andaman dan Nikobar, India pada 16 November 2018 (AP PHOTO)

Liputan6.com, Andaman dan Nikobar - Hampir dua pekan setelah seorang warga negara Amerika Serikat tewas dipanah oleh suku yang mengisolasi diri di pulau terpencil di India, pihak sanak dan saudara menduga bahwa korban mungkin masih hidup.

John Allen Chau (26) diyakini tewas akibat dihujani panah oleh Suku Sentinel di wilayah tempat tinggal mereka di Pulau Sentinel Utara, bagian dari Kepulauan Andaman dan Nikobar, Jumat 16 November 2018.

Pulau itu, yang terlarang bagi pengunjung tanpa izin, adalah rumah bagi Suku Sentinel berusia 30.000 tahun yang sengaja menutup diri dan dikenal agresif melawan orang luar.

Chau berulang kali mencoba mengontak suku itu untuk menyebarkan ajaran Kristen, dan ia berhasil mencapai pulau sehari sebelum tewas. Dia mencoba menawarkan hadiah berupa ikan dan sepak bola, tulisnya dalam buku harian.

Pemuda itu diyakini telah dibunuh antara sore hari tanggal 16 November atau keesokan paginya, ketika nelayan yang dia bayar untuk menyelundupkannya ke pulau itu mengatakan mereka melihat tubuhnya diseret menyeberangi pasir dan dikubur di sana. Akan tetapi, otoritas India di Andaman dan Nikobar masih belum bisa menentukan lokasi persis jasad Chau.

Pihak berwenang India mengatakan mereka tidak memiliki rencana untuk mengevakuasi jasad Chau, dengan beralasan bahwa upaya lebih lanjut untuk mengambil kembali tubuh korban akan membawa "kemungkinan bentrokan antara pihak luar dan Sentinel menjadi sangat tinggi."

Upaya terakhir untuk hal itu menuai resistensi dari Suku Sentinel. Mereka dilaporkan menghadang upaya kepolisian untuk mengevakuasi jasad pemuda AS tersebut.

Ketika upaya evakuasi tampak pupus, baru-baru ini, sanak dan saudara John Chau mengatakan, ketidakberhasilan otoritas untuk menemukan tubuh Chau menunjukkan kemungkinan bahwa pemuda itu masih hidup.

Pada 2006, dua orang nelayan terbunuh ketika kapal mereka hanyu terlalu dekat ke pulau Sentinel. (Sumber pasukan penjaga pantai India)

Sebuah pernyataan keluarga yang diposting ke akun Instagram John Allen Chau pekan lalu merujuk pada laporan "yang belum dikonfirmasi" tentang kematiannya.

Sedangkan ibu Chau, Linda, mengatakan kepada The New York Post dalam sebuah email, bahwa ia meyakini bahwa "anaknya mungkin masih hidup," demikian seperti dikutip dari News.com.au, Jumat (30/11/2018).

Senada, John Middleton Ramsey, teman dekat Chau, mengatakan, hanya satu sumber yang telah dikutip dalam laporan-laporan yang menggambarkan Chau tewas dihujani panah dan diseret menyeberangi pantai oleh orang-orang Suku Sentinel.

"Saya pikir ada kemungkinan dia selamat, saya tidak akan mengesampingkannya," kata Ramsey kepada The Sun.

"Ibunya telah mengatakan bahwa dalam doanya dia memiliki perasaan bahwa John mungkin masih hidup."

"Dan tidak ada banyak saksi mata yang mengonfirmasi kematiannya dan karena tubuhnya belum ditemukan, kita tidak boleh mengesampingkannya (kalau dia masih hidup) bahkan jika itu adalah kesempatan kecil."

Konsulat AS di Chennai mengatakan tidak dapat mengomentari kasus itu karena alasan privasi.

 

Simak video pilihan berikut:


Evakuasi Resmi Berhenti?

Orang Suku Sentinel (AFP PHOTO)

Pihak berwenang India mengatakan mereka tidak memiliki rencana untuk mengevakuasi tubuh John Allen Chau (26), seorang warga negara Amerika Serikat yang tewas dipanah dibunuh oleh suku yang terisolasi di pulau terpencil pada dua pekan lalu.

Seorang antropolog yang terlibat dalam proses evakuasi mengatakan, pihak berwenang telah menyimpulkan bahwa untuk saat ini tidak mungkin untuk mengambil jasad Chau tanpa memicu konflik lebih lanjut dengan Suku Sentinel, yang menghuni Pulau Sentinel Utara di Kepulauan Andaman dan Nikobar.

"Kami (tim evakuasi) telah memutuskan untuk tidak mengganggu Suku Sentinel," kata antropolog, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya, seperti dikutip dari The Guardian, Kamis (29/11/2018).

"Kami belum mencoba menghubungi mereka selama beberapa hari terakhir, dan telah memutuskan untuk tidak terus mencoba."

Antropolog yang anonim itu mengatakan, upaya lebih lanjut untuk mengambil kembali tubuh Chau membawa "kemungkinan bentrokan antara pihak luar dan Sentinel menjadi sangat tinggi."

"Kita seharusnya tidak terus memicu sentimen mereka," katanya.

"Mereka menembakkan panah pada orang luar mana pun. Itu adalah pesan mereka, yang berusaha mengatakan kepada orang luar untuk tidak datang ke pulau itu, dan kami menghormati ini."

Dia mengatakan ada kekhawatiran bahwa upaya lebih lanjut untuk menjangkau pulau itu dapat mengganggu pola harian Suku Sentinel dan membuat mereka mulai menjaga pulau hingga ke garis pantai terluar.

"Itu akan menganggu mereka. Dan kebijakan pemerintah India mengatakan agar merea harus dibiarkan sendirian," ujarnya.

Dia mengatakan bahwa pesan itu telah disampaikan ke Kedutaan Besar AS di Delhi. "Mereka memahami situasi dan tidak menekan kami," kata sumber itu.

Sementara itu, Direktur Jenderal Kepolisian Andaman dan Nikobar, Dependra Pathak mengatakan, "Mereka (Suku Sentinel) adalah harta karun (berbentuk) manusia. Mereka ingin sendiri, maka kami menghargainya."

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya