Liputan6.com, Brasilia - Penggundulan hutan di Brasil telah mencapai proporsi yang mengkhawatirkan, di mana total kehilangannya mencapai setara satu juta lapangan sepak bola hanya dalam satu tahun, lapor Greenpeace.
Antara Agustus 2017 dan Juli 2018, penggundulan hutan meningkat hampir 14 persen. Luas hutan yang ditebangi mencapai 7.900 kilometer persegi, menurut lembaga penyelidikan khusus bentukan pemerintah Brasil.
"Penggundulan semakin tidak terkendali, bahkan bisa lebih cepat dari pembangunan sebuah gedung bertingkat," ujar Marcio Astrini, koordinator kebijakan publik untuk Greenpeace Brasil, kepada AFP.
"Setiap tahun kami mendapat berita bahwa hutan sedang diganggu secara kriminal," lanjutnya sebagaimana dikutip dari Asia One pada Kamis (29/11/2018).
Baca Juga
Advertisement
Astrini menambahkan bahwa kondisi tersebut bisa lebih buruk lagi jika presiden terpilih Jair Bolsonaro melakukan ancamannya, untuk melonggarkan aturan perlindungan lingkungan.
Pengangkatan Tereza Cristina sebagai Menteri Pertanian juga menimbulkan kekhawatiran ketika ia memimpin lobi agribisnis di Kongres Brasil, yang mendukung pembukaan kawasan hutan lebih banyak untuk kepentingan industri pangan.
Hutan hujan Amazon mewakili lebih dari setengah luas kawasan terkait yang tersisa di Bumi, yakni sekitar 5,5 juta kilometer persegi. Ini menandakan bahwa 60 persen paru-paru utama dunia berada di Brasil.
Simak video pilihan berikut:
Pemerintahan Bolsonaro Picu Kekhawatiran
Antara 2004 dan 2012, deforestasi di Brasil diperlambat melalui kontrol yang diberlakukan di tingkat pemerintah maupun oleh sektor swasta.
Namun Bolsonaro mengatakan dia akan "mengakhiri kawasan lindung, cagar alam pribumi, dan akan mengurangi kekuatan untuk memeriksa dan menghukum kejahatan lingkungan", menurut Astrini.
"Jika dia melakukan semua ini, jika dia mengurangi kemampuan untuk menghukum kejahatan, penggundulan hutan Amazon bisa meledak menjadi situasi yang tak terbayangkan," tambah Astrini, khawatir.
Sementara itu, kemenangan Bolsonaro merupakan pencapaian baru dalam demokrasi terbesar di Amerika Latin, yang diperintah oleh Partai Buruh sayap kiri selama 13 tahun antara 2003 dan 2016.
Namun, kehadirannya disambut dengan berbagai kritik, termasuk "risiko nostalgia" yang akan kembali membawa Brasil berada di bawah kekuasaan militer, mengurangi kebebasan warga, dan merusak konstitusi Negeri Samba.
Banyak pihak juga khawatir tentang hak-hak minoritas terkait pernyataan Bolsonaro yang menyiratkan homofobia, rasis, dan misoginis selama kampanye dan sebelumnya.
Advertisement