Cak Imin: Jelang Pilpres, Masyarakat Harus Pilih Ulama yang Dalam Ilmunya

Cak Imin menambahkan, banyak ceramah-ceramah agama yang berkonotasi mendorong kekerasan dan permusuhan.

oleh Muhammad Ali diperbarui 29 Nov 2018, 19:18 WIB
Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar. (Liputan6.com/Muhammad Ali)

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa, Muhaimin Iskandar atau Cak Imin menilai menjelang Pileg dan Pilpres ada fenomena simbol yang menonjol. Dan fenomena simbolik yang paling mudah untuk dimunculkan adalah agama.

"Simbolik yang paling mudah adalah agama, yang paling menyambung dengan psikologi masa sekaligus menyambung praktik keagamaan sehari-hari. Maka orang berbondong-bondong menjadi gus, gus sugi tidak tahu siapa, kemudian ada gus milenial, tiba-tiba ada kiai baru tanpa ilmu agama yang dalam," ujar Cak Imin usai memberikan sambutan dalam acara musabaqah kitab kuning di DPP PKB, Kamis (29/11/2018).

Dengan adanya fenomena tersebut, Cak Imin mengimbau masyarakat untuk tetap waspada dan mengikuti kiai dan ulama.

"Karena itu harus diantisipasi bahwa kita harus mengikuti kiai ulama yang benar-benar ilmu agamanya dalam. Kedalaman ilmu agama menjadi syarat. Kalau kedalaman ilmunya pas-pasan itu bahaya. Orang menyalahkan orang lain, dan seterusnya," tandasnya.

Ia menambahkan, banyak ceramah-ceramah agama yang berkonotasi mendorong kekerasan dan permusuhan. Cak Imin mencontohkan ceramah habib bahar yang menghina Jokowi itu tidak layak diikuti.

"Ya kayak model-model gitu tuh ingin populer, kedua memang pengalaman emosinya belum stabil sehingga tidak layak diikuti, masyarakat atau publik harus pintar memilih habib ulama yang benar ilmunya," tandas Cak Imin.

Saksikan Video Menarik Berikut Ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya