Liputan6.com, London: Gara-gara jerawat yang parah, seorang gadis nekat gantung diri. Melissa Martin-Hughes, 18, diberi obat yang yang masih kontroversial, Roaccutane, untuk mengobati kondisi jerawatnya. Namun obat itu membuatnya depresi akibat mengalami sejumlah masalah dan berujung dengan bunuh diri.
Demikian keterangan yang mengemuka di persidangan seperti dilansir Dailymail, Selasa (28/2).
Remaja pintar yang mendapatkan nilai A itu mulai menyakiti dirinya setelah mengalami masa-masa kelam akibat penderitaan saat berusia 14 tahun. Jerawat di wajahnya berkembang semakin parah. Tak hanya di wajah, jerawat juga menyerah tubuh bagian atasnya. Ia kemudian diberi resep Roaccutane dan pil kontrasepsi oral untuk mencoba mengurangi kondisi tersebut.
Jerawat pun membaik, dan ia tampaknya tenang. Namun ia kembali stres menjelang ujian naik tingkat. Dia kemudian mencoba bunuh diri di Beachy Head, East Sussex, pada Agustus 2009-sehari sebelum hasil ujian keluar.
Setelah itu, remaja itu berada di bawah perawatan pelayanan kesehatan mental, tetapi 'dikecewakan' dengan gagalnya perawatan. Dia terlihat hanya dua kali oleh 'tim krisis' yang menangani kasusnya.
Dan jasad Melissa ditemukan di Pittville Park di Cheltenham, Gloucestershire, pada 26 April 2010.
Ayahnya Donald Hughes, yang merupakan seorang insinyur, kepada Gloucestershire Coroners Court mengaku hancur akibat insiden ini. Ia menyayangkan sesi perawatan yang dihentikan karena psikiater cuti sakit jangka panjang dan Melissa mulai berubah saat dia berusia 18 tahun. "Kami sekeluarga merasa hancur," ujar Donald.
Martin-Hughes, mengeluh kelelahan tapi dokter gagal menasihatinya dan memberikan obat yang bisa merusakkan suasana hati. Psikiater Dr Judith Barnsley mengatakan, Martin-Hughes sebenarnya bisa diselamatkan jika ia diberikan perawatan yang lebih baik.
"Jika dia merasa seseorang telah mengerti dan jika bisa membantunya dengan pikiran dan perasaan... mungkin bisa mengubah hasilnya, "tambahnya.(MEL)
Demikian keterangan yang mengemuka di persidangan seperti dilansir Dailymail, Selasa (28/2).
Remaja pintar yang mendapatkan nilai A itu mulai menyakiti dirinya setelah mengalami masa-masa kelam akibat penderitaan saat berusia 14 tahun. Jerawat di wajahnya berkembang semakin parah. Tak hanya di wajah, jerawat juga menyerah tubuh bagian atasnya. Ia kemudian diberi resep Roaccutane dan pil kontrasepsi oral untuk mencoba mengurangi kondisi tersebut.
Jerawat pun membaik, dan ia tampaknya tenang. Namun ia kembali stres menjelang ujian naik tingkat. Dia kemudian mencoba bunuh diri di Beachy Head, East Sussex, pada Agustus 2009-sehari sebelum hasil ujian keluar.
Setelah itu, remaja itu berada di bawah perawatan pelayanan kesehatan mental, tetapi 'dikecewakan' dengan gagalnya perawatan. Dia terlihat hanya dua kali oleh 'tim krisis' yang menangani kasusnya.
Dan jasad Melissa ditemukan di Pittville Park di Cheltenham, Gloucestershire, pada 26 April 2010.
Ayahnya Donald Hughes, yang merupakan seorang insinyur, kepada Gloucestershire Coroners Court mengaku hancur akibat insiden ini. Ia menyayangkan sesi perawatan yang dihentikan karena psikiater cuti sakit jangka panjang dan Melissa mulai berubah saat dia berusia 18 tahun. "Kami sekeluarga merasa hancur," ujar Donald.
Martin-Hughes, mengeluh kelelahan tapi dokter gagal menasihatinya dan memberikan obat yang bisa merusakkan suasana hati. Psikiater Dr Judith Barnsley mengatakan, Martin-Hughes sebenarnya bisa diselamatkan jika ia diberikan perawatan yang lebih baik.
"Jika dia merasa seseorang telah mengerti dan jika bisa membantunya dengan pikiran dan perasaan... mungkin bisa mengubah hasilnya, "tambahnya.(MEL)