Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus mengalami penguatan dan meninggalkan posisinya di level 15.000 per dolar AS. Di samping itu, harga minyak dunia juga tengah terperosok hingga mencapai di bawah level USD 60 per barel.
Direktur Utama PT PLN (Persero) Sofyan Basir menyatakan, menguatnya rupiah dan anjloknya harga minyak dunia menjadi suatu hal yang positif bagi perusahaan. Sebab, apabila rupiah menguat 100 per dolar AS, rugi atau beban PLN berkurang hingga Rp 1,3 triliun.
Baca Juga
Advertisement
“Untuk 100 per dolar AS turun, (PLN) dapat Rp 1,3 triliun. Besar kan?” kata dia saat ditemui usai Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi VII DPR RI, Jakarta, Kamis (29/11/2018).
Sofyan berharap rupiah terus menguat dan harga minyak dunia turun. Karena dua hal ini menjadi variabel penting dalam kinerja perusahaan. Dengan demikian, kondisi ini membuat perusahaan tetap bisa mempertahankan tarif dasar listrik perusahaan (TDL) tidak naik.
“Rupiah menguat, harga minyak turun itu rejeki dari Allah buat PLN, buat karyawan, buat kalian. Tarif jadi enggak naik,” tutur dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Rugi di Kuartal III
Seperti diketahui, PT PLN (Persero) menanggung kerugian Rp 18,48 triliun hingga kuartal III-2018 dari periode sama tahun sebelumnya sebesar Rp 30,4 triliun. Ini disebabkan oleh pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS), sehingga membuat beban operasional perusahaan tersebut membengkak.
Berdasarkan laporan keuangan Bursa Efek Indonesia (BEI), hingga kuartal III-2018 PLN menanggung selisih kurs cukup besar mencapai Rp 17,32 triliun. Kerugian kurs tersebut lebih besar dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 2,22 triliun.
Dalam laporan keuangan tersebut menyebutkan, total pendapatan perseroan sebesar Rp 200,91 triliun atau naik 6,9 persen hingga September 2018 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 187,88 triliun.
Pendapatan PLN pada kuartal III-2018, terdiri dari penjualan tenaga listrik sebesar Rp 194,40 triliun naik 6,47 persen dibanding periode yang sama pada tahun lalu Rp 181,81 triliun , serta berasal dari penyambungan daya listrik sebesar Rp 5,21 triliun yang naik 4,2 persen dibandingkan capaian periode yang sama tahun lalu.
Beban PLN terbesar bersumber dari bahan bakar dan pelumas, sebesar Rp 101,87 triliun atau naik 16,28 persen dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 85,27 triliun.
Reporter: Dwi Aditya Putra
Sumber: Merdeka.com
Advertisement