2 Penyebab yang Bikin Rupiah Terus Menguat

Perlambatan pertumbuhan AS ditambah penundaan suku bunga The Fed membuat para investor global mulai mengalihkan dana investasi.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 30 Nov 2018, 12:41 WIB
Karyawan menghitung uang kertas rupiah yang rusak di tempat penukaran uang rusak di Gedung Bank Indonessia, Jakarta (4/4). Selain itu BI juga meminta masyarakat agar menukarkan uang yang sudah tidak layar edar. (Merdeka.com/Arie Basuki)

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terpantau terus menguat. Pada Jumat ini, rupiah bahkan menguat hingga kisaran 14.200 per dolar AS. 

Peneliti Center of Reforms on Economics (CORE) Piter Abdullah menyatakan, ada dua faktor yang menjadi penyebab penguatan rupiah selama tiga pekan terakhir. Pertama, yakni faktor-faktor pendorong (push factors) berupa sentimen negatif atas kondisi perekonomian AS.

"Kita ketahui bahwa seiring meningkatnya intensitas perang dagang AS vs China, pertumbuhan ekonomi AS justru mengalami perlambatan. Perlambatan pertumbuhan ekonomi AS diperkirakan akan direspons oleh The Fed dengan menunda kenaikan suku bunga," jelas dia kepada Liputan6.com, Jumat (30/11/2018).

Dia menambahkan, perkiraan tersebut semakin diperkuat dengan adanya sinyal dari Gubernur The Fed dalam waktu dekat ini, untuk tidak menaikkan suku bunga acuan para Desember mendatang.

"Perlambatan pertumbuhan AS ditambah penundaan suku bunga The Fed membuat para investor global mulai mengalihkan dana investasinya ke negara-negara yang dianggap memiliki prospek keuntungan terbesar ke depan," sambungnya.

Indikator kedua, lanjutnya, yakni faktor-faktor yang menarik masuknya aliran investasi ke Indonesia atau disebut pull factors. Menurutnya, beberapa indikator ekonomi Indonesia menunjukan prospek keuntungan yang menarik bagi investor asing.

"Prospek keuntungan ini ditunjukkan oleh yield SBN yang sudah demikian tinggi dipicu oleh kenaikan suku bunga acuan BI sebesar 175 bps sejak Mei yang lalu, serta harga saham yang sudah demikian murah, diindikasikan oleh PER yang rendah," ungkapnya.

"Selain itu, prospek investasi di Indonesia diperkuat oleh tren penurunan harga minyak selama sebulan terakhir. Penurunan harga minyak diyakini akan memperkuat neraca perdagangan sekaligus mengurangi beban APBN," dia menambahkan.

Piter Abdullah lantas menyimpulkan, kombinasi kedua faktor tersebut menyebabkan derasnya aliran modal asing masuk ke dalam negeri, serta turut mendongkrak kurs rupiah.

"Kombinasi push factors dan full factors menyebabkan aliran modal asing dalam bentuk portfolio mengalir deras ke Indonesia, dan mendorong penguatan rupiah secara drastis dan cepat," ujar dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Rupiah Hari Ini

Teller tengah menghitung mata uang dolar di penukaran uang di Jakarta, Junat (23/11). Nilai tukar dolar AS terpantau terus melemah terhadap rupiah hingga ke level Rp 14.504. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali bergerak menguat pada perdagangan Jumat ini.

Mengutip Bloomberg, Jumat (30/11/2018), rupiah dibuka di angka 14.331 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 14.382 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak pada kisaran 14.276 per dolar AS hingga 14.355 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah masih melemah 5,48 persen.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 14.339 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan sehari sebelumnya yang ada di angka 14.408 per dolar AS.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya