Profesor Diberhentikan CNN karena Dianggap Serukan Boikot Israel

Seorang profesor studi media kenamaan AS dituding kehilangan kepercayaan publik karena berpidato serukan boikot ke Israel.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 30 Nov 2018, 14:40 WIB
Warga Palestina bergaya seperti karakter dari film "Avatar" mengibarkan bendera selama protes menuntut hak untuk kembali ke kampung halaman mereka di perbatasan Israel-Gaza, Timur Khan Yunis di Gaza selatan Strip, (4/5). (AFP Photo/Said Khatib)

Liputan6.com, New York - Stasiun televisi CNN dikabarkan telah memutus kontrak Marc Lamont Hill, seorang profesor studi media terkemuka di Amerika Serikat (AS), sebagai tanggapan terhadap pidato kontroversialnya di forum perdamaian Israel dan Palestina di Markas Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), beberapa waktu lalu.

Seorang juru bicara CNN menegaskan Hill tidak lagi terjalin kontrak dengan perusahaan, dan tidak ada keterangan resmi apapun terkait penghentian tersebut.

Dikutip dari The Guardian pada Jumat (30/11/2018), keputusan CNN itu diambil di tengah keberatan terhadap pidato Hill, yang dinilai menyerukan kepada negara-negara untuk memboikot dan melepaskan diri dari Israel.

Seruan itu disampaikannya dalam pidato di sela-sela peringatan Hari Solidaritas Internasional PBB dengan Rakyat Palestina.

Namun, dalam pembelaannya di media sosial, Hill menegaskan bahwa dirinya tidak mendukung antisemitisme atau kekerasan terhadap orang-orang Yahudi.

Marc Lamont Hill, seorang profesor studi media di Temple University di Philadelphia, yang sering menjadi kontributor politik di jaringan televisi CNN, menyebut bahwa dunia kian berat sebelah dalam melihat upaya perdamaian antara Israel dan Palestina.

"Kita memiliki kesempatan untuk tidak hanya menawarkan solidaritas dalam kata-kata tetapi untuk berkomitmen pada aksi politik, aksi akar rumput, aksi lokal dan aksi internasional yang akan memberi kita keadilan, dan itu adalah membiarkan Palestina mengalir bebas dari sungai ke laut," Kata Hill dalam pidatonya.

Anti-Defamation League  (ADL) --sebuah lembaga pemantau perdamaian Timur Tengah-- mengindikasikan frasa "mengalir dari sungai ke laut" (river to the sea) sebagai isyarat untuk menghancurkan Israel, di mana kerap digunakan oleh Hamas dan kelompok-kelompok lain yang memusuhi Tel Aviv.

"Mereka menyerukan 'dari sungai ke laut', menyerukan untuk mengakhiri negara Israel," tuding Sharon Nazarian, wakil presiden senior ADL untuk urusan internasional.

Ditambahkan olehnya, bahwa agenda tahunan di PBB itu, telah berubah menjadi ajang "promosi perpecahan dan saling membenci".

 

Simak video pilihan berikut: 

 


Pembelaan Marc Lamont Hill

Bendera Israel berkibar di dekat Gerbang Jaffa di Kota Tua Yerusalem (20/3). Gerbang Jaffa adalah sebuah portal yang dibuat dari batu yang berada dalam deret tembok bersejarah Kota Lama Yerusalem. (AFP Photo/Thomas Coex)

Di lain pihak, Marc Lamont Hill membela pidatonya, dengan mengatakan bahwa frasa "sungai ke laut" bukan seruan untuk menghancurkan apa pun, atau siapa pun.

"Itu adalah seruan untuk keadilan, baik di Israel dan di Tepi Barat, atau pun Gaza. Pidato itu sangat jelas dan spesifik mengatakan hal-hal tersebut," lanjutnya via kicauan di Twitter.

"Saya mendukung kebebasan Palestina. Saya mendukung penentuan nasib sendiri Palestina," tambahnya.

Hill juga kembali menegaskan bahwa dirinya tidak pernah mendukung anti-semitisme, apalagi menyerukan pembunuhan terhadap orang Yahudi.

"Saya telah menghabiskan hidup saya untuk melawan hal-hal ini (kekerasan)," pungkas Hill.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya