Awas, Ini 11 Tanda Kamu Kerja Bareng Psikopat

Perhatikan tanda-tanda kamu bekerja bersama psikopat.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 03 Des 2018, 07:20 WIB
Ilustrasi bekerja. Sumber foto: unsplash.com/Dylan Gillis.

Liputan6.com, Jakarta - Psikopat telah mendapat citra negatif yang luas karena adanya kasus kriminal yang melabel korbannya sebagai psikopat. Padahal, psikopat memiliki makna spesifik ketimbang sadisme.

Menurut Psychology Today, psikopati sulit diprediksi, karena mereka bisa tampil normal bahkan menawan. Di dalam diri mereka, mereka tidak memiliki nurani, manipulatif, tidak stabil, dan biasanya (meski tidak selalu) adalah kriminal.

Karena sifat-sifat tersebut, para psikopat tak sekadar hanya berbahaya secara fisik, melainkan secara mental. Bayangkan saja bila ada rekan kerja yang kerap berbohong dan memanipulasi orang lain demi hawa nafsunya sendiri.

Ingat film Gone Girl? Sang karakter mampu memanipulasi keadaan dan melakukan hal-hal tidak waras demi kepentingannya sendiri. Itulah sosok psikopat.

Dirangkum dari The Ladders dan info tambahan dari DSM V yang merupakan rujukan penyakit mental, berikut 11 sifat-sifat para psikopat di tempat kerja yang perlu diwaspadai.


1. Mereka sangat mempesona

Ilustrasi pekerja (ist.)

Jangan kira psikopat adalah orang yang jarang bergaul, justru para psikopat bisa sangat mempesona dan berwibawa. Mereka mampu membuat diri mereka sebagai pusat perhatian.

"Kita mempromosikan mereka (para psikopat), kita memilih mereka, dan terkadang, banyak orang merasa nyaman ketika orang-orang seperti itu mengatur hidup kita," jelas profesor psikologi Dr. Igor Galynker ke Psychology Today. Namun, mereka hanya sedemikian menawan bila ingin berbuat tidak baik.

Sebuah laporan yang ditayangkan di situs buletin FBI menyebut, para psikopat mampu menampilkan diri sebagai sahabat, kekasih, dan rekan yang ideal. Begitu target terjebak, maka ia otomatis sudah menjadi korban.

"Tampilan yang mereka wujudkan bagaikan pegawai ideal dan pemimpin masa depan," tulis laporan itu.


2. Mereka membuka diri terlalu cepat

Ilustrasi gosip dan media sosial. (via Desfavor)

Psikopat cenderung memberikan terlalu banyak informasi, bahkan mungkin informasi tersebut seharusnya tidak diceritakan. Waspadalah karena hal ini bisa saja usaha untuk memaksakan kedekatan.

Dan nantinya, para psikopat bisa mengeksploitasi kedekatan semu tersebut dan membuatmu rugi. Toh, psikopat tidak peduli terhadap dampak buruk yang mereka sebabkan.


3. Mereka amat sering berbohong

ilustrasi bohong

Ini tentunya sudah jelas. Para psikopat sebetulnya tidak jago berbohong, tetapi lebih cepat belajar berbohong.

Menurut penelitian Univeresitas Hong Kong, orang dengan level psikopatik tinggi lebih ditemukan lebih jago belajar berbohong ketimbang orang yang tidak.


4. Mereka sering menyebut ini

Ilustrasi pinocchio. (Sumber foto: Schwerhoefer/Pixabay)

"Ummm" memang adalah respons natural ketika berbicara. Bedanya, "ummm" dari psikopat hanyalah taktik yang dipakai agar tampil lebih normal dan waras.


5. Mereka super percaya diri

Ilustrasi bos (iStock)

Selain menawan dan rendahnya empati, Ego-sentrisme adalah ciri lain dari psikopat. Para psikopat percaya bahwa mereka adalah orang terhebat yang pernah hidup dan segala yang mereka lakukan adalah luar biasa.


6. Waspadai Manipulasi Mereka

Ilustrasi topeng. (anotherfacestudio/Tumblr)

Satu lagi ciri utama para psikopat: sikap yang suka memanipulasi. Sudah dijelaskan bahwa psikopat memang menawan, tetapi Psychology Today memperingatkan bahwa bila terbuai oleh pesona psikopat hanya akan berujung pada rasa sakit, tertipu dan dipergunakan.

Di balik penampilan yang menawan, mereka siap berbuat tidak jujur dan menipu korbannya untuk kepuasan pribadi mereka. Waspadai pula yang mencuri pujian dari usahamu di tempat kerja, tetapi giliran ada yang salah maka kamu akan langsung disalahkan.


7. Mereka bicara perlahan

Ilustrasi wanita sedang berbicara. (Sumber Pixabay)

Para psikopat berusaha berbicara dengan pelan dan memakai nada netral. Tujuannya agar mereka bisa lebih terkendali.

Selain suara, ekspresi wajah mereka pun bisa terus konsisten di bermacam situasi. Tak heran, bila melihat kasus yang melibatkan psikopat maka mereka tetap tampil stabil, belum lagi fakta bahwa mereka tak mampu berempati.


8. Mereka perlu meniru emosi

Ilustrasi lelaki berbohong. (dok. unsplash.com/Asnida Riani)

Seperti dijelaskan, psikopat tidak memiliki rasa empati atau hati nurani. Saat ada rekan kerja yang mengalami kesusahan, mereka tidak akan mampu berempati. Hasilnya, mereka jadi perlu meniru keadaan emosional orang sekitar.

Menurut penelitian psikopat yang ditayangkan FBI, para psikopat hanya menunjukkan emosi untuk memanipulasi orang di sekitar mereka dan harus meniru respons emosional orang lain. Turut dipertegas oleh laporan itu, para psikopat juga tak memiliki rasa bersalah, penyesalan, atau empati.


9. Mereka sering pakai kata

Ilustrasi pribadi yang disukai orang walau tanpa berbicara. (Sumber Flickr)

Kata-kata tersebut memang sederhana, tetapi para psikopat sering memakai kalimat sebab-akibat sebagai alasan logis untuk melakukan kejahatan.

Mereka memakai kata-kata tersebut karena memandang kejahatan apapun yang mereka lakukan adalah hasil logis dari rencana mereka, demikian laporan penelitian Universitas British Columbia.


10. Mereka benci kebosanan

(Foto: Wokandapix/ Pixabay) Ilustrasi kesepian

Para psikopat tidak suka kebosanan. Mereka ingin merasa distimulasi.

Para psikopat menyukai terlibat dalam hal berbahaya, riskan, dan berpotensi merusak diri sendiri. Mereka juga tidak memikirkan konsekuensinya.


11. Mereka mencari gairah, tapi...

Ilustrasi (iStock)

Tindakan yang dilakukan secara impulsif ini hanya dilakukan untuk mencari adrenalin. Tetapi, ini pula yang membuat para psikopat bisa berkembang di dunia korporat.

Kadang, sikap ini dikira sebagai antusiasme karena mereka punya kemauan untuk meningkatkan performa mereka namun para psikopat tidak bisa mempertanggungjawabkan rencana dan tidak memiliki goal yang realistis, meski bicaranya hebat, demikian laporan yang diterbitkan FBI.

Laporan itu juga menyebut psikopat bisa mengurangi produktifitas dan semangat tim, dan justru hasilnya memberi dampak negatif ke performa bisnis perusahaan.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya