Putin Tak Berniat Bebaskan Warga Ukraina yang Ditahan Usai Insiden Kapal di Krimea?

Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan bahwa tak ada pembahasan dengan Ukraina mengenai kemungkinan pembebasan para pelaut Ukraina.

oleh Liputan6.com diperbarui 03 Des 2018, 08:31 WIB
Presiden Rusia Vladimir Putin (AP/Alexei Nikolsky)

Liputan6.com, Buenos Aires - Presiden Rusia Vladimir Putin, pada Sabtu 1 Desember 2018, mengatakan bahwa tak ada pembahasan dengan Ukraina mengenai kemungkinan pembebasan para pelaut Ukraina yang ditahan bersama dengan kapal-kapal mereka oleh Rusia bulan lalu.

Pelaut warga negara Ukraina itu ditahan usai kapal yang mereka tumpangi (dua kapal AL dan satu kapal sipil Ukraina) dituduh melanggar batas maritim Rusia di Laut Azov, Selat Kerch, Semenanjung Krimea pada 25 November 2018.

Namun, sebelum ditahan, otoritas Rusia dilaporkan menembaki ketiga kapal itu. Akibatnya, Ukraina meradang, menganggapnya sebagai sebuah agresi atas kapal yang berlayar dengan mematuhi hukum di laut internasional.

Berbicara kepada wartawan di sela KTT G20 Buenos Aires, pernyataan Putin tampak menegaskan penolakan Rusia atas seruan internasional yang mendesak Moskow agar membebaskan tiga kapal Ukraina beserta awaknya, demikian seperti dikutip dari Antara, Senin (3/12/2018).

Moskow juga telah menuding bahwa 24 pelaut di tiga kapal itu melintasi perbatasan Rusia secara tidak sah.

Putin juga mengatakan bahwa ia tidak akan memberlakukan pembatasan atas para warga Ukraina yang masuk ke Rusia, sebagai balasan setelah Kiev memberlakukan larangan atas para pria Rusia yang berusia 16 hingga 60 tahun memasuki wilayahnya.

Sebelumnya, Presiden Ukraina Petro Poroshenko, memberlakukan larangan tersebut, atas kekhawatiran bahwa warga Rusia yang masuk ke wilayah Ukraina merupakan anggota militer yang hendak mengganggu stabilitas.

Kebijakan yang diterapkan oleh Poroshenko juga mungkin bercermin pada pengalaman atas fenomena 'Little green men' tahun 2014 silam. Little green men mengacu pada pria bertopeng dalam seragam tentara hijau tak bertanda, yang membawa senjata dan peralatan militer Rusia modern yang muncul selama krisis Ukraina 2014.

Istilah itu pertama kali digunakan selama tahap awal aneksasi Krimea oleh Rusia, ketika tentara-tentara itu menduduki dan memblokade Bandara Internasional Simferopol, pangkalan militer di Krimea, dan gedung parlemen di Simferopol.

 

Simak video pilihan berikut:


Putin Kecewa Tak Berbicara Banyak dengan Trump di KTT G20

Presiden AS Donald Trump bersalaman dengan Presiden Rusia Vladimir Putin (AP/Martinez Monsivais)

Setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump membatalkan rencana pertemuan bilateral dengan Putin di KTT G20, menyebut ketegangan militer dengan Ukraina sebagai alasan, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan tak ada prasyarat untuk pembicaraan bilateral di masa mendatang.

Meski tak melakukan pertemuan bilateral lengkap, Putin dan Trump dikabarkan hanya bertemu singkat di sela KTT G20 pada Jumat 30 November, kata staf Kremlin Yuri Ushakov.

"Sangat disayangkan kami tak berhasil mengadakan pertemuan lengkap, yang sudah lama dinanti-nantikan," kata Putin, menambahkan bahwa "isu-isu stabilitas strategis akan menjadi sangat penting."

Pemerintah Trump telah menuduh Rusia tidak mematuhi perjanjian Kekuatan Nuklir Jarak Menengah (INF) yang sudah berlaku 31 tahun dan pihaknya akan keluar dari perjanjian itu. Kremlin membantah melanggar perjanjian tersebut.

"Ini terkait dengan isu stabilitas strategis, khususnya setelah presiden (Trump) menyatakan keinginannya menarik diri dari perjanjian pembatasan nuklir Traktat INF," kata Putin.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya