Liputan6.com, Jakarta Wakil Ketua MPR, Mahyudin, menyampaikan pesan persatuan jelang Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden secara serentak pada 2019. Dia mengingatkan masyarakat agar tidak mudah diadu-domba karena perbedaan pilihan.
"Bapak ibu tidak perlu ribut-ribut dalam pemilihan presiden. Kalau tidak suka jangan dipilih, kalau suka ya dipilih lagi. Gitu aja kok repot," ujarnya, ketika memberi pengantar Sosialisasi Empat Pilar MPR kepada warga masyarakat perumahan atas air, Kelurahan Margasari, Kecamatan Balikpapan Barat, Balikpapan, Minggu (2/12/2018).
Advertisement
Mahyudin mengatakan, jelang pemilu serentak ada pihak-pihak yang mengail di air keruh dan mencoba mengadu domba rakyat.
"Karena itu kami dari MPR ikut turun ke rakyat memberi pesan persatuan. Karena ada yang kurang di bangsa saat ini, yaitu rasa toleransi dan solidaritas. Kami turun ke daerah-daerah untuk mengimbau kita jaga persatuan dan kesatuan ini," ucapnya.
Menurut Mahyudin, jika rakyat Indonesia mudah diadu domba dan bertikai, maka akan mudah dijajah negara lain. Indonesia menjadi negara yang tidak damai. Dia memberi contoh apa yang sedang terjadi di Timur Tengah. Banyak rakyat Suriah yang mengungsi ke negara Eropa dan negara-negara lain karena perang saudara.
"Kita tidak mau ini (perang saudara seperti di Suriah) terjadi di negara kita. Saya punya kepentingan, saya ingin anak cucu nanti bisa hidup dengan damai di negeri ini. Kalau kita bertikai dan diadu domba maka kita dijajah negara asing lagi. Negeri ini tidak bisa damai," kata Mahyudin.
Karena itu, ia meminta masyarakat untuk tidak mempertikaikan hal-hal yang tidak penting, terutama menjelang Pemilu ini.
"Jangan jadikan Pemilu menjadi ajang untuk bertikai. Jaga persatuan ini. Jangan sampai kita diadu domba pihak lain. Kami (MPR) hanya mengingatkan dan mengantisipasi secara bersama-sama. Jangan sampai kita seperti Suriah," ujar Mahyudin.
Menurutnya, banyak negara gagal karena diadu domba.
"Karena itu kita jaga persatuan dan kesatuan. Empat Pilar inilah alat pemersatu kita. Kita ingin bangsa yang bhinneka ini tetapi tetap satu jua," tutup Mahyudin.
(*)