Liputan6.com, Jember - Jumlah kasus Orang dengan HIV-AIDS (ODHA) di Kabupaten Jember Jawa Timur, setiap tahun terus bertambah. HIV (Human Immunodeficiency Virus) dan AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome), merupakan penyakit yang menggerogoti sistem kekebalan tubuh penderita.
Penularan di kabupaten Jember terus terjadi. Pada tahun 2018 saja, sudah ditemukan 506 penderita ODHA baru. Sehingga jumlah total selama 14 tahun terakhir, sejak ditemukan 1 kasus ODHA pada tahun 2004, kini total ODHA Kabupaten Jember, sudah mencapai 4.018 penderita.
Menurut Konselor HIV-AIDS di Klinik VCT (Volluntary Consulting and Testing) RSD dr Soebandi Jember, dr Justina Evy Tyaswati jumlah kunjungan pasien ODHA, di klinik VCT RSD Dokter Subandi Jember, selama tahun 2018 ada sebanyak 5.729 pasien rawat jalan. Sedangkan, yang melakukan rawat inap ada sebanyak 171 orang.
Baca Juga
Advertisement
"Itu jumlah kunjungan ya, bukan jumlah pasien. Jumlah kunjungan itu ada 2, pasien lama dan baru, kalau pasien lama hanya mengambil ARV (Antiretroviral) secara gratis. Kalau pasien yang melakukan rawat inap, biasanya pasien baru," kata dr Justina Evi yang juga menjabat sebagai Humas dan dr Psikiater RSD dr Subandi ini, Minggu (2/12/2018).
Dia menjelaskan, jumlah pasien yang berkunjung ke di klinik VCT RSD Subandi pada tahun 2018, ada sekitar 2.800 ODHA.
"Jumlah ini hanya di RSD Dokter Subandi Jember saja, karena saat ini semua rumah sakit pemerintah Jember lainnya (RSD Kalisat dan RSD Balung) dan seluruh Puskesmas pada 31 Kecamatan di kabupaten bisa melakukan konseling VCT HIV," ujar Evi.
Bahkan tiga puskesmas Kecamatan di kabupaten Jember, sudah sudah bisa memberikan obat anti virus kepada ODHA, yakni Puskesmas Kencong, Puskesmas Sumber Jambe, dan Puskesmas Tanggul. Ke depan rencananya ada penambahan dua puskesmas lagi yang bisa memberi anti virus, seperti Kecamatan Puger dan Puskesmas Jember Kidul.
Dia berharap momentum hari HIV-AIDS sedunia yang jatuh 1 Desember 2018 kemarin, bisa dijadikan renungan bagi masyarakat untuk meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan terhadap penyakit mematikan ini.
"Prinsip yang ada sekarang temukan dan obati. Jika puskesmas menemukan ODHA maka langsung mengobati, dengan memberi anti virusnya," kata Evi.
Dia juga menjelaskan, secara kasat mata, sulit membedakan antara pengidap HIV, yang masih stadium satu, dengan orang normal. Jika terdeteksi sejak dini, mereka akan bisa bertahan hidup lebih lama karena segera diberi obat antivirus.
"Jadi jangan tunggu ada gejala, baru memeriksakan diri dan berobat. Jika sudah tahu ODHA, maka segeralah minta obat anti virusnya," tegas evi.
Evi juga mengaku tidak berhak memberi kriteria atau menilai perilaku orang lain. Evi mengembalikan penilaian kepada masyarakat atau individu itu sendiri.
"Jika merasa berisiko, lakukankah pemeriksaan, jika positif lakukan pengobatan, supaya aman," tutur Evi.
Harapan bagi Ibu Hamil Positif HIV
Terkait pemeriksaan ibu hamil, lanjut Evi, yang diperiksa bukan untuk kepentingan sang ibu, tapi untuk kepentingan generasi berikutnya. Pemeriksaan semua ibu hamil, untuk mendeteksi sejak dini, penularan HIV-AIDS, supaya si bayi lahir bebas HIV. Sebab, jika ibunya sebagai ODHA tidak terdeteksi, maka dapat dipastikan melahirkan bayi yang positif HIV.
"Namun jika ibunya diketahui (ODHA), maka sejak ditemukan langsung start pengobatan, dengan memberikan Anti virus kepada sang ibu. Jika anaknya lahir, dalam 6 Minggu pertama diberi ARV, maka anaknya akan bebas HIV," imbuhnya.
Evi juga menegaskan, lebih 10 kasus ibu ODHA di Jember melahirkan bayi negatif HIV, karena terdeteksi sejak dini. Sejak terdeteksi langsung dilakukan prosedur pengobatan yang tepat. Pada usia 18 bulan diperiksa, mereka negatif HIV.
"Sekarang bayi tersebut, hidup normal sudah berusia antara 3-5 tahun," kata dr psikiater RSD Subandi Jember ini.
Sedangkan, berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Jember, jumlah ODHA di Kabupaten Jember mulai tahun 2004 - September 2018 sudah mencapai 4.018 orang. Tahun 2018 ditemukan 506 ODHA, 150 orang di antaranya sudah masuk fase AIDS (pengidap HIV dengan stadium 3 dan 4).
Namun tahun ini, tidak ada ODHA yang meninggal dunia. Temuan ODHA tahun 2018 ini turun dibandingkan tahun 2017. Pada tahun 2017 ditemukan 637 ODHA dengan 200 orang di antaranya berstatus menderita AIDS, 4 ODHA meninggal dunia.
"Kita di dinas kesehatan sudah ada program penanggulangan, penatalaksanaan HIV-AIDS, mulai dari pencegahan, pengobatan hingga pendampingan penderita HIV-AIDS," kata kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Jember, dokter Siti Nurul Komariyah.
Dia menjelaskan Pemkab Jember, sudah membentuk komisi penanggulangan HIV-AIDS Kabupaten Jember. Sebab, penanganan HIV-AIDS tidak bisa hanya dilakukan satu OPD (Organisasi Perangkat Daerah) atau Dinas Kesehatan saja.
Namun, bekerja sama dengan melibatkan sejumlah instansi di lingkungan Pemkab Jember, di antaranya Dinas Pendidikan dan Dinas Sosial dan Kemenag Jember. Program kerja sama dengan OPD atau instansi lainnya itu, sebagai upaya preventif (pencegahan).
"Sedangkan untuk kegiatan yang sifatnya mendeteksi dan kuratif (pengobatan) dilakukan oleh puskesmas. Jika sudah parah dirujuk ke RSD Dokter Subandi Jember," katanya.
Ia menjelaskan, semua puskesmas saat ini sudah bisa melakukan konseling VCT, untuk menemukan ODHA sejak dini. "Jumlah temuan ODHA terbanyak berada di daerah pariwisata, seperti Kecamatan Ambulu dan Kecamatan Puger. Dilihat dari jenis kelaminnya, penderita terbanyak adalah perempuan pada usia produktif," Komariyah menandaskan.
Simak video pilihan berikut ini:
Advertisement