Liputan6.com, Jakarta - Dwi Soetjipto terpilih menjadi Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) yang baru pada Senin (3/12/2018). Posisi Dwi Soetjipto ini menngantikan Amien Sunaryadi yang telah selesai masa baktinya.
Dwi Soetjipto bukan orang baru di sektor migas. Sebelumnya, ia menjabat sebagai Direktur Utama PT Pertamina (Persero). Ia menduduki posisi tersebut sejak November 2014 hingga Februari 2017.
Lengkapnya, berikut profil singkat Dwi Soetjipto seperti dirangkum Liputan6.com:
Sejak 2005, alumnus Fakultas Teknik Kimia Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya ini menjabat sebagai Direktur Utama PT Semen Gresik Persero, yang berubah nama menjadi PT Semen Indonesia Tbk pada awal 2013.
Usai transformasi, Semen Indonesia menjadi perusahaan induk usaha semen nasional dengan operasi pabrik terbesar di Asia Tenggara. Sebagai sebuah holding, Semen Indonesia membawahi tidak BUMN pupuk lainnya yaitu Semen Padang, Semen Gresik, dan Semen Tonasa.
Baca Juga
Advertisement
Di bawah kepemimpinan Dwi, PT Semen Indonesia sudah membuka pabrik di negara Vietnam. Pria yang menguasai seni beladiri karate dan pencak silat ini, mampu mensejajarkan perusahaan yang dipimpinnya dengan BUMN besar seperti Pertamina dan PLN.
Ayah empat anak ini juga sukses membawa kapasitas produksi Semen Indonesia menjadi 26 juta ton per tahun, mengalahkan kapasitas produksi Siam Cement yang sebesar 23 juta ton, yang selama ini adalah raja semen Asia Tenggara.
Suami dari Handini ini menjadi eksekutif pertama sepanjang sejarah yang membawa BUMN Indonesia menjadi perusahaan multinasional.
Selain sibuk berkarir, Dwi Soetjipto juga tercatat sebagai koordinator pengajar di Institut Pelatihan Pembangunan sejak tahun 1999 sampai sekarang. Sejak tahun 2014, Dwi Soetjipto menjadi Ketua Sekolah Tinggi Manajemen Semen Indonesia dan komisaris Bursa Efek Indonesia (BEI).
Berikut perjalanan karir Dwi Soetipto
- Dirut PT Semen Indonesia 2005-2014
- Dirut PT Semen Padang tahun 2003-2005.
- Komisaris Utama PT Igasar tahun 1998-2003.
- Direktur Personalia PT Semen Padang tahun 1995-2003.
- Kepala Personalia PT Semen Padang tahun 1990-1995.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Lengser dari Dirut Pertamina, Ini Prestasi Dwi Soetjipto
Dwi Soetjipto telah menjabat sebagai orang nomor satu di Pertamina selama kurang lebih tiga tahun. Di Pertamina, Dwi menggantikan Karen Agustiawan yang mengundurkan diri.
Selama tiga tahun menjabat, banyak prestasi yang berhasil ditorehkan oleh Dwi Soetjipto. Berikut ulasannya:
1. Pembubaran Petral
Pertamina telah menyelesaikan proses likuidasi Pertamina Energi Trading Limited (Petral) Group pada Februari 2016. Proses likuidasi tersebut lebih cepat dibandingkan target sebelumnya, yaitu pada Juni 2016. Petral Group terdiri dari Petral Hong Kong, Pertamina Energy Services Pte Ltd, dan Zambesi Investment Limited.
Keberadaan Petral digantikan oleh Integrated Supply Chain (ISC). Dengan pembubaran Petral dan digantikan oleh ISC ini mampu memotong perantara dari rantai suplai, peningkatan pemanfaatan dan fleksibilitas dari armada laut Pertamina. Terobosan lainnya adalah dengan pemberian kesempatan yang sama dan adil untuk semua peserta pengadaan.
Keberadaan ISC sangat penting untuk membuka transparansi seluas-luasnya supaya banyak mitra terpilih yang ikut serta. Dengan demikian, ada perubahan yang signifikan berupa penghematan.
2. Peluncuran Pertalite
Awal 2016, Pertamina meluncurkan produk Bahan bakar minyak (BBM) baru dengan Ron 90 bertajuk Pertalite. Produk ini diluncurkan untuk mengurangi penggunaan Premium yang saat itu masih disubsidi pemerintah.
Produk ini terbukti jitu, setelah enam bulan diluncurkan, Pertamina mencatat penggunaan Premium menurun dastis. Konsumsi Premium yang biasanya di kisaran 75 ribu KL per hari langsung menjadi 68 ribu KL per hari.
Sampai saat ini, Pertalite menjadi produk yang banyak digunakan para penggunanya. Dengan Ron 90, kualitas Pertalite tidak jauh beda dengan Pertamax yang memiliki Ron 92.
3. Revitalisasi Kilang Minyak
Selama di Pertamina, Dwi Sotjipto berhasil memutuskan mengenai revitalisasi kilang minyak yang akan dimulai pada tahun ini. Setidaknya kilang yang akan direvitalisasi yaitu Kilang Cilacap, Balongan, Dumai, Balikpapan dan Plaju.
Revitalisasi kilang minyak ini mencatat total investasi mencapai Rp 210 triliun, dan prosesnya sendiri ditargetkan rampung pada 2021. Dengan adanya revitalisasi ini nantinya produksi minyak Pertamina akan meningkat 150 persen.
4. BBM Satu Harga
Pada Oktober 2016, Presiden RI Joko Widodo menetapkan BBM Satu Harga di tanah Papua. Meski diluncurkan pada Oktober, namun kebijakan ini baru berlaku 1 Januari 2017.
Kebijakan ini dibuat untuk memberikan keadilan bagi masyarakat Indonesia yang berada di wilayah terpencil, terluar dan terjauh. Selama ini, harga BBM di wilayah itu harganya sangat tinggi jika dibandingkan di Pulau Jawa.
Dwi mengaku, kebijakan satu harga ini Pertamina harus mensubsidi Rp 800 miliar per tahun. Namun demikian, demi menciptakan keadilan, anggaran itu tidak terlalu dipermasalahkan oleh Pertamina.
5. Kalahkan Laba Petronas
Perolehan laba Pertamina pada 2016 lebih besar dari BUMN migas milik Malaysia Petronas. Hal tersebut seiring langkah Pertamina melakukan efisiensi.
Dwi Soetjipto mengatakan, nilai efisiensi yang bisa diraih Pertamina meningkat signifikan. Jika pada 2015 hanya US$ 800 juta, pada Novembr 2016 naik mencapai US$ 2,8 miliar. "Dalam dua tahun fokus dan bisa meningkatkan efisiensi. Tahun lalu US$ 800 juta, 2016 sampai November US$ 2,8 miliar," kata Dwi.
Dia melanjutkan, dampak dari langkah efisiensi itu mampu mendongkrak laba Pertamina yang di akhir tahun diperkirakan mencapai di atas Rp 40 triliun. Perolehan laba tersebut diklaim jauh lebih tinggi dari Petronas untuk pertamakalinya.
Advertisement