Jakarta - Kementerian Pemuda Olahraga (Kemenpora) tak mau menerima pengembalian dana kegiatan kemah dan apel pemuda Islam 2017 oleh PP Pemuda Muhammadiyah. Anggaran sebesar Rp 2 miliar itu dikembalikan dengan alasan tidak ada dasar untuk menerimanya.
Sekretaris Menpora, Gatot S Dewa Broto membenarkan, panitia kegiatan kemah dan apel pemuda Islam mengembalikan anggaran operasional dalam bentuk cek ditujukan kepada Menpora Imam Nahrawi pada Senin 19 November 2018.
Advertisement
"Sudah dikembalikan cek. Tetapi, baru diketahui beberapa hari setelahnya. Kemudian, karena kegiatan itu bukan fiktif. Itu hak dari panitia. Kami sudah kembalikan lagi kepada panitia Jumat (30 November) lalu," ujar Gatot seperti dilansir dari Jawapos, Senin (3/12/2018).
Dia menegaskan, pengembalian anggaran itu dikembalikan ke perwakilan pengurus Pemuda Muhammadiyah dalam bentuk cek seperti semula. Dia tidak menyebutkan siapa penerima yang dikembalikan Kemenpora.
"Yang penting ada perwakilan dari pengurus yang menerima di Kemenpora (waktu itu). (Uang dikembalikan lagi) masih dalam bentuk cek seperti semula," kata Gatot.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Soal Dugaan Mark Up
Terkait adanya dugaan mark up dalam laporan pertanggungjawaban yang dibuat oleh Pemuda Muhammadiyah selaku panitia kegiatan, Gatot enggan berkomentar. Dia mengatakan, hal itu menjadi ranah dari kewenangan kepolisian.
"Itu urusan penegak hukum," ujar Gatot.
Sebelumnya, kepolisian Polda Metro Jaya masih menyelidiki kasus dugaan penyalahgunaan dana kemah dan Apel Pemuda Islam 2017 yang diinisiasi oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora).
Direktur Kriminal Khusus (Dirkrimsus) Polda Metro Jaya Kombes Adi Deriyan menegaskan, terkait adanya dugaan itu, pihak penyidik akan melakukan gelar perkara dengan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
"Saya akan gelar perkara dulu dengan BPK Minggu depan, expose hasil pelaksanaan penyidikan yang sudah kita lakukan," kata dikonfirmasi, Kamis 29 November 2018 lalu.
Advertisement
Kata Dahnil
Ketua Umum Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar sendiri belum menjawab soal pengembalian uang ini ketika dihubungi Liputan6.com.
Namun sebelumnya, dia menjelaskan, pada September 2017 lalu ia dipanggil oleh Menpora Imam Nahrawi. Dirinya bersama Ketua Umum GP Ansor Gus Yaqut diundang untuk mendiskusikan sejumlah hal mengenai kondisi kebangsaan terkini kala itu.
"Kemudian kami berdiskusi di situ. Pak Menpora prinsipnya menyampaikan kekhawatiran beliau terkait dengan potensi konflik horizontal yang semakin meluas karena isu Anti-Pancasila, ada isu anti toleransi, kemudian ada tudingan pemerintah Pak Jokowi anti Islam," kata Dahnil di Polda Metro Jaya, Jakarta, Jumat, 23 November 2018 malam.
Saat itu, Imam meminta saran kepada Dahnil dan Gus Yaqut untuk membuat situasi lebih kondusif lagi. Imam meminta agar dibuat suatu kegiatan yang bisa dilakukan bersama antara Pemuda Muhammadiyah dan GP Ansor.
"Salah satu upaya yang ingin beliau lakukan mempersatukan secara simbolik antara GP Ansor dengan Pemuda Muhammadiyah, maka Pak Imam menawarkan dan mengajak bisa enggak, bikin kegiatan bersama yang difasilitasi oleh Menpora melibatkan GP Ansor dan Pemuda Muhammadiyah," ujar dia Dahnil Anzar.
Namun, Dahnil saat itu tak langsung memberikan jawaban secara langsung. Karena Dahnil harus mendiskusikan hal itu terlebih dahulu kepada PP Pemuda Muhammadiyah dan PP Muhammadiyah.
Jawaban untuk berpartisipasi dalam kegiatan itu baru direspons Dahnil pada Oktober 2017. Keputusan itu diambil dengan mempertimbangkan agar situasi semakin kondusif dan tidak terjadi konflik horizontal di tengah-tengah masyarakat.
"Setelah saya ketemu dan minta nasihat dan rapat dengan PP Pemuda Muhammadiyah, ya sudah untuk membantu pemerintah. Karena menghadapi potensi konflik horizontal, asa isu-isu kriminalisasi ulama, kemudian pemerintahan Pak Jokowi dituduh anti Islam, supaya Pemuda Muhammadiyah tidak dianggap terlalu kritis, tidak anti-Jokowi. Akhirnya PP Pemuda Muhammadiyah, ya sudah kita terima ajakan dari Pemerintah ini melalui Pak Menpora," jelas Dahnil Anzar.
Pemuda Muhammadiyah kemudian menggelar rapat dan menunjuk Ahmad Fanani sebagai ketua dalam kegiatan tersebut. Pemuda Muhammadiyah juga mengusulkan kegiatan yang akan digelar bersama bernama pengajian akbar GP Ansor dan Pemuda Muhammadiyah.
Namun, pada akhirnya kegiatan itu ternyata dinamai oleh Kemenpora RI sebagai apel dan kemah pemuda Islam di Prambanan. Dan saat itulah Pemuda Muhammadiyah juga diberikan anggaran Rp 2 miliar untuk memobilisasi peserta oleh Kemenpora RI.
Dalam kasus ini, Dahnil merasa heran karena polisi saat ini justru seolah-olah menyasar dirinya dan Pemuda Muhammadiyah. Padahal, menurutnya, inisiasi kegiatan tersebut berasal dari Menpora.
"Ya ini inisiatif Menpora," tutur dia.