Usia 40 Tak Usah Olahraga Futsal, Bisa Berbahaya bagi Tubuh

Semestinya pilih olahraga jenis kreasi, bukan olahraga prestasi yang tidak baik jika dilakukan sehari-hari.

oleh Aditya Eka Prawira diperbarui 04 Des 2018, 08:00 WIB
Pemain Doby MCW Banten saat pertandingan melawan Surya Futsal pada laga Super Soccer Futsal Battle di Summarecon Mall Serpong, Sabtu (29/09/2018). Doby MCW Banten takluk 2-8 dari Surya Futsal. (Bola.com/M Iqbal Ichsan)

Liputan6.com, Jakarta Rajin olahraga bisa memperkecil risiko sakit, seperti stroke dan jantung. Sehingga jangan sampai salah memilih aktivitas fisik guna mencegah kematian dari penyakit-penyakit tersebut.

"Bahwa olahraga itu menyehatkan, iya. Tapi olahraga yang bagaimana dulu? Olahraga yang santai, bukan olahraga prestasi," kata dokter spesialis bedah saraf Rumah Sakit Mayapada Tangerang, Roslan Yusni Hasan, saat berbincang dengan Health Liputan6.com pada Senin, 3 Desember 2018.

Olahraga santai tapi menyehatkan yang dia maksud, adalah aktivitas yang memberi ruang bagi pelakunya untuk istirahat bila mulai merasa capai. Misalknya joging.

"Olahraga balap-balapan itu tidak sehat. Lari cepat itu ndak sehat. Ndak ada pelari cepat yang panjang umur," katanya.

Pada individu berumur 40, contohnya, Roslan lebih menganjurkan melakukan olahraga kreasi, "Tidak usah futsal, daripada mati di lapangan."

Ketika joging atau berlari pelan, pelaku bisa berhenti sejenak jika lelah mulai datang. Berbeda dengan futsal, saat bermain bola bundar itu ada keinginan buat menang, seringkali kita melakukan hal-hal di luar batas kemampuan, atau daya tahan jantung kita.

"Banyak orang paruh baya yang mati di lapangan olahraga, gara-gara tidak bisa mengontrolnya," katanya.

 


Boleh Main Futsal Asalkan....

Terkait hal tersebut, dokter spesialis kedokteran olahraga dari Jeda Wellnest Wahid Hasyim, Sophia Hage, mengatakan, boleh-boleh saja bermain futsal dengan catatan sering-sering cek kesehatan, dan tahu batasan kesehatan diri sendiri.

"Itu penting sekali. Terkadang kita ini suka memaksakan diri. Kadang kita lupa break, kadang-kadang enggak minum, dan banyak hal yang mestinya kita perhatikan," kata Sophia.

"Bila rambu-rambu itu dipatuhi dengan baik, tidak ada 'larangan' untuk bermain futsal," ujar dokter yang meraih prediket 'Perempuan Hebat 2017' dari Liputan6.com lewat sambungan telepon.

Akan tetapi, sambung Sophia, orang-orang yang memasuki atau di atas usia 40 sebaiknya rutin melakukan medical check up (cek kesehatan), setahun sekali,"Bahkan biasanya, di dalam perusahaan sudah menjadi bagian dari SOP."

Dengan begitu, mereka jadi tahu faktor risiko kesehatannya. Sehingga tahu olahraga yang cocok untuk dilakukan.

"Bukan berarti tidak boleh olahraga, tapi lebih berhati-hati ketika bermain olahraga yang disukai atau yang menjadi hobi," ujarnya.

Bagaimana juga, kata Sophia, mencegah lebih baik daripada mengobati. Karena itu, tahap awal yang mesti dilakukan saat menginjak umur 40 tahun, mencari tahu kondisi kesehatan saat ini.

 


Olahraga Tinju dan Thai Boxing

Sama halnya dengan tinju atau Thai boxing yang sedang tren di kalangan urban metropolitan. Menurut Roslan, dua kegiatan itu bukan olahraga sehat.

"Tinju itu sehat? No. Tidak sama sekali. Wong ditempeleng-tempeleng, dan banting-bantingan, apanya yang sehat?," kata Roslan.

"Itu (tinju dan Thai boxing) disebut cabang olahraga, tapi olahraga yang tidak sehat. Saling pukul bagaimana mau sehat?," kata dia menambahkan.

 


Lakukan Olahraga Kreasi, Bukan Olahraga Prestasi

Olahraga prestasi sebaiknya tidak dijadikan aktivitas sehari-hari. Bukan berarti tidak boleh dilakukan, tapi harus tahu batas kemampuan diri sendiri.

"Balik lagi, olahraga itu memang bagus, tapi olahraga kreasi bukan olahraga prestasi," kata Roslan menekankan.

Mau lari di pagi hari, misalkan. Cukup dilakukan 10, 20, sampai 30 menit. Hitungannya, lari dari pekarangan rumah, balik lagi ke tempat semula.

"Berangkat dari rumah, balik lagi ke rumah, itu sudah 30 menit. Sudah lebih dari cukup olahraganya," katanya.

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya