Menteri Jonan Ungkap 3 Potensi Bisnis di RI pada Masa Mendatang

Ketiga bisnis tersebut berhasil bila ditunjang dengan penyediaan infrastruktur yang memadai.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 03 Des 2018, 18:14 WIB
Menteri ESDM, Ignasius Jonan.

Liputan6.com, Jakarta Produksi minyak yang semakin menurun akan mendorong peralihan penggunaan kendaraan berdasarkan sumber energinya. Hal ini membuat industri kendraan listrik menjadi ‎bisnis yang besar di masa depan.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan mengatakan, ada tiga potensi bisnis di masa depan, yaitu Energi Baru Terbarukan (EBT), bisnis berbasis teknologi informasi dan kendaraan listrik.

"Tiga ini akan menjadi bisnis masa depan di Indonesia," kata Jonan mengutip situs resmi Kementerian ESDM, di Jakarta, Senin (3/12/2018).

Menurut Jonan, ketiga bisnis tersebut berhasil bila ditunjang dengan penyediaan infrastruktur yang memadai. Pemerintah sangat mendorong kahadiran kendaraan listrik di Indonesia.

Jonan mengungkapkan, kendaraan listrik dapat menjadi solusi untuk mengatasi menipisnya cadangan energi fosil dari tahun ke tahun. Hal ini sebabkan ketidak seimbangan antara tingkat konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) dengan jumlah produksinya.

Dia mencontohkan produksi minyak Indonesia sekitar 775 ribu barel per hari. Sedangkan, konsumsi BBM sekitar 1,3 juta sampai 1,4 juta barel. Setiap hari, Indonesia telah mengimpor BBM sekitar 600 ribu bph. Untuk itu, Pemerintah mencari cara untuk menekan jumlah impor BBM agar tidak mengalami peningkatan.

"Kalau dibiarkan mungkin impornya bukan 600 ribu, tapi bisa satu juta barel per hari. Ini pilihan kita sebagai bangsa. Kalau mau mengurangi impor (BBM) ke depannya harus mobil listrik, karena energi primernya bisa dari dalam negeri," papar Jonan.

Jonan melanjutkan, upaya pemerintah dalam menggiatkan aktivitas eksplorasi dan eksploitasi migas saat ini baru bisa dimanfaatkan minimal 7 tahun mendatang. Sehingga pemenuhan kebutuhan minyak dalam waktu dekat tida‎k bisa dilakukan.

"Technical cycle di migas itu kalau mulai studi seismik, 2D, 3D, eksplorasi, bangun fasilitas dan sebagainya paling cepat 7 tahun," tuturnya.‎

 


Komitmen

Presiden Joko Widodo (tengah) ditemani Menteri ESDM Ignasius Jonan. (Liputan6.com/AnggaYuniar)

Selain itu dengan wujud komitmen dalam Kesepakatan Paris dalam Conference of Parties(COP) ke-21 2015, mengenai penanganan perubahan iklim dunia, Pemerintah Indonesia serius menyiapkan berbagai aksi nyata di sektor ESDM.

Salah satunya adalah mengurangi konsumsi BBM yang digantikan dengan sumber energi lain seperti batu bara yang ketersediaan di dalam negerinya cukup besar.

Namun, batu bara masih menyisakan permasalahan dalam lingkungan, karena itu kendaraan listrik menjadi solusi mengurangi ketergantungan impor BBM. Di sisi lain tidak menciptakan gas buang yang menghasilkan polusi udara.

"Orang bilang, 56 persen pembangkit listrik kita menggunakan batu bara. Betul, teknologinya makin lama makin bagus, tapi tetap polusinya ada. Namun kita pun sudah gunakan PLTU yang teknologinya makin ramah lingkungan. Tapi paling tidak ini akan mengurangi (penggunaan BBM)," tandasnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya