Liputan6.com, Manama - Laksmana Madya Scott Stearney, yang mengawasi pasukan Angkatan Laut Amerika Serikat di Timur Tengah, ditemukan tewas pada hari Sabtu 1 Desember 2018 di kediamannya di Bahrain, demikian menurut pejabat angkatan laut.
Badan Investigasi Kriminal AL AS (NCIS) dan Kementerian Dalam Negeri Bahrain tengah bekerjasama melakukan penyelidikan, namun hingga saat ini, belum ada kejanggalan yang ditemui, demikian seperti dikutip dari Al Jazeera, Selasa (3/12/2018).
"Ini berita yang sangat mengharukan bagi keluarga Stearney, untuk tim di Armada ke-5, dan seluruh Angkatan Laut," kata Kepala Operasi Angkatan Laut Laksamana John Richardson dalam sebuah pernyataan video.
"Scott Stearney adalah seorang prajurit angkatan laut yang punya banyak penghargaan. Dia adalah seorang suami dan ayah yang berbakti, dan dia adalah teman baik kita semua," kata Richardson.
Baca Juga
Advertisement
Stearney adalah komandan US Naval Forces Central Command (bertanggungjawab di area operasi Timur Tengah) dan Armada Kelima AL AS (Fifth Fleet) yang berbasis di Pangkalan Laut Bahrain.
Gugus komando itu bertanggungjawab untuk patroli Teluk, Selat Hormuz, Laut Merah, Laut Arab, dan sebagian Samudera Hindia.
Lahir di Chicago, Illinois, Stearney lulus dari Universitas Notre Dame dengan gelar ekonomi sebelum bergabung dengan Angkatan Laut AS pada tahun 1982.
Dua tahun kemudian, ia menjadi pilot AL Amerika Serikat (navy pilot) dan memiliki lebih dari 4.500 jam terbang selama kariernya, yang juga termasuk menjalankan tugas sebagai pelatih dan misi di Afghanistan.
Pada bulan Mei 2018, Stearney diangkat sebagai komandan Komando Pusat Angkatan Laut AS dan Armada Kelima, posisi yang ia tempati sampai kematiannya.
Laksamana Muda Paul Schlise, wakil komandan Armada Kelima, telah mengambil alih komando, sementara Wakil Laksamana James Malloy, wakil kepala operasi angkatan laut, sedang bersiap untuk terbang ke Bahrain untuk mengambil alih komando sementara.
Informasi lebih lanjut diharapkan karena penyelidikan tengah berlangsung.
Dalam beberapa tahun terakhir, armada AL Amerika Serikat itu telah menghadapi ancaman potensial dari perompak dan penyelundup senjata serta kapal Garda Revolusi Iran dan pemberontak Houthi yang menembakkan rudal ke kapal komersial dari Yaman.
Pada tahun 2004, kapal perang permukaan armada diperintahkan untuk mengadakan "etika, kepercayaan, tanggung jawab, dan misi" setelah dua pelaut dituduh mencuri uang dan barang berharga lainnya selama pemeriksaan kapal Singapura di Teluk.
Simak video pilihan berikut: