Ilmuwan Tiongkok Ciptakan DNA Bayi yang Tahan dengan Virus HIV

Dalam penelitiannya yang kontroversial, He mengklaim telah mengubah embrio tujuh pasangan selama perawatan IVF, dengan satu kehamilan yang sukses.

oleh Liputan6.com diperbarui 06 Des 2018, 07:30 WIB
Ilustrasi Human Immunodeficiency Virus (HIV) (iStock)

Liputan6.com, Jakarta - Seorang ilmuwan dari Tiongkok, belum lama ini mengklaim telah menciptakan bayi-bayi pertama melalui rekayasa genetika.

He Jiankui, ilmuwan University of Science and Technology of China di Shenzhen itu, mengklaim telah mengubah DNA anak perempuan kembar untuk mencegah masuknya infeksi HIV di masa depan.

Dalam penelitiannya yang kontroversial, He mengklaim telah mengubah embrio tujuh pasangan selama perawatan IVF, dengan satu kehamilan yang sukses.

Tetapi, penelitiannya belum dikonfirmasi secara independen oleh ilmuwan lain.


Dijadikan Contoh

Ilustrasi HIV/AIDS

"Saya merasa bertanggung jawab bukan hanya penelitian perdana ini, tetapi juga menjadikannya sebuah contoh," ujar He, dikutip dari Mirror, Kamis (6/12/2018).

"Masyarakat memutuskan apa yang harus dilakukan selanjutnya," lanjutnya.


CCR5

Meski sepele, kamu nggak boleh mengabaikan tanda seseorang terkena HIV ini ya. (Sumber Foto: POZ Magazine)

Ayah si kembar diketahui positif mengidap HIV, sementara ibu mereka tidak. Untuk mencegah si kembar dari infeksi, He mengatakan, telah menonaktifkan gen yang disebut CCR5.

Gen ini membentuk 'pintu' protein, yang memungkinkan HIV memasuki sel dan menginfeksi pasien. Namun, teknik kontroversial tersebut telah banyak dikritik oleh para ahli lainnya.


Dinilai Berbahaya

Meski sepele, kamu nggak boleh mengabaikan tanda seseorang terkena HIV ini ya. (Sumber Foto: Thinkstock Images/The Indian Express)

Seorang embriolog manusia di University College London (UCL) Inggris, Profesor Joyce Harper, mengatakan, laporan tentang upaya mengedit embrio manusia untuk ketahanan terhadap HIV adalah prematur, berbahaya, dan tidak bertanggung jawab.


Butuh Bertahun-tahun

Virus HIV AIDS

“Sebelum prosedur ini diterapkan di dunia medis, kami membutuhkan kerja bertahun-tahun untuk menunjukkan teknik itu tidak akan membahayakan orang di masa depan,” ujar Harper.

Meskipun demikian, He tetap optimis dalam studinya. "Saya percaya ini akan membantu keluarga dan anak-anak mereka," pungkasnya.

Reporter: Maulana Kautsar

Sumber: Dream.co.id

(Jek)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya