Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengakui lokasi pembunuhan puluhan pekerja pembangunan jembatan di Distrik Yigi, Kabupaten Nduga, Papua sebagai zona merah.
"Ini kejadiannya di Kabupaten Nduga, di kabupaten yang dulu memang warnanya merah. Saya pernah ke sana," ujar Jokowi usai membuka Hari Antikorupsi Sedunia (Hakordia) di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, Selasa (4/12/2018).
Advertisement
Presiden pun langsung memerintahkan Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto dan Kapolri Jenderal Tito Karnavian untuk mengecek peristiwa tersebut.
"Karena ini masih simpang siur. Di Nduga itu sinyal nggak ada. Jadi ini masih dikonfirmasi dulu ke sana apakah betul kejadiannya seperti itu," tutur Jokowi.
Mantan Wali Kota Solo itu menuturkan, pembangunan infrastruktur di tanah Papua memang tidak mudah. Selain medannya sulit, pembangunan di Papua juga kerap mendapat gangguan keamanan yang dilakukan kelompok kriminal bersenjata (KKB).
Meski begitu, pemerintah memastikan pembangunan infrastruktur di Papua tetap berlanjut. Pemerintah juga telah melibatkan aparat keamanan dari TNI-Polri untuk mengawal proses pembangunan di sana.
"Pembangunan infrastruktur di tanah Papua tetap berlanjut. Kita tidak akan takut oleh hal-hal seperti itu," tegas Jokowi.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Sulit Dijangkau
Sementara itu, TNI mengirim 1 Satuan Setingkat Kompi (SSK) atau sekitar 130 personel menuju lokasi pembunuhan 31 pekerja proyek Istaka Karya yang sedang membangun jembatan di Kali Yigi-Kali Aurak, Distrik Yigi, Kabupaten Nduga, Papua. Meski bergegas melakukan pemeriksaan pada Selasa pagi ini, personel terkendala akses jalan menuju lokasi.
"Daerah tersebut agak sulit dijangkau. Kalau dari Kabupaten Wamena, masih harus ke Distrik 2, itu masih empat jam naik kendaraan," tutur Wakapendam XVII/Cenderawasih Letkol Inf Dax Sianturi saat dihubungi Liputan6.com, Selasa (4/12/2018) pagi.
Sementara, lanjut Dax, dari distrik kedua ke Distrik Yigi masih harus ditempuh sekitar dua jam perjalanan. Terlebih, kondisi jalan yang rusak membuat tim harus lebih berhati-hati.
"Informasi sulit didapat, makanya kita harus cek ke sana dan paling kita tunggu lewat radio. Tidak melalui ponsel karena sinyal nggak ada," jelas dia.
Advertisement