Menko Polhukam Minta TNI-Polri Kejar Pelaku Pembunuhan di Papua

Menko Polhukam Wiranto mengecam pembunuhan puluhan pekerja pembangunan jembatan di Distrik Yigi, Kabupaten Nduga, Papua.

oleh Putu Merta Surya Putra diperbarui 04 Des 2018, 17:37 WIB
Menko Polhukam Wiranto (tengah) didampingi Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo (kiri) dan Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian (kanan) bersiap memberi keterangan usai rapat di Kemenkopolhukam, Jakarta, Jumat (6/10). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Menko Polhukam Wiranto mengecam pembunuhan puluhan pekerja pembangunan jembatan di Distrik Yigi, Kabupaten Nduga, Papua. Dia menilai aksi itu sangat biadab.

"Saya kira itu suatu aksi yang sangat biadab. Karena ini teman-teman kita sedang membangun infrastruktur, membangun jembatan untuk kesejahteraan masyarakat. Artinya apa? Artinya mereka sudah berbakti berjuang untuk kebaikan Papua, kebaikan masyarakat Papua," ucap Wiranto di kantornya, Jakarta, Selasa (4/12/2018).

Dia menuturkan, jelas itu bukan perbuatan terpuji. Dia tak habis pikir ada orang yang tega melakukan perbuatan tersebut.

"Saya enggak habis pikir. Kenapa mereka membunuh orang-orang yang membangun daerahnya? Itu orang yang sedang berbuat baik, yang berjasa untuk memakmurkan wilayah itu," tutur Wiranto.

Dia pun mengungkapkan, telah bicara dengan Kapolri dan Panglima TNI untuk mengejar pelaku pembunuhan di Papua tersebut habis-habisan.

"Jadi tadi saya sudah bicara dengan Kapolri, Panglima TNI untuk segera dilakukan pengejaran yang habis-habisan. Supaya apa? Supaya tak terulang lagi. Ya habis-habisan, sampai ketemu," kata Wiranto.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Bertujuan untuk Takuti Masyarakat

Menko Polhukam Wiranto. (Liputan6.com/Huyogo Simbolon)

Menko Polhukam menyatakan, apa yang dilakukan Kelompok Kriminal Separatis Bersenjata (KKSB) ini sudah jelas menakuti masyarakat. Agar pembangunan tidak berjalan.

"Upaya mereka kan untuk menakut-nakuti, agar pembangunan tak berjalan ini justru mengganggu kepentingan masyarakat Papua sendiri," pungkasnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya