Liputan6.com, Jakarta Sastrawan Nh Dini meninggal dunia karena kecelakaan di Jalan tol Tembalang, Semarang, Jawa Tengah, Selasa (4/12/2018) sore.
Nh Dini adalah sastrawan terkenal Indonesia. NH Dini lahir pada tanggal 29 Februari 1936 dari pasangan Saljowidjojo dan Kusaminah. Dia adalah anak bungsu dari lima bersaudara, ulang tahunnya dirayakan empat tahun sekali.
Nh Dini yang berdarah Bugis mengalami masa kecil yang penuh dengan larangan. Hal inilah yang membuat sifat kerasnya sudah muncul sejak kecil.
Mengutip dari Wikipedia, Nh Dini mengaku mulai tertarik menulis sejak kelas tiga SD. Buku-buku pelajarannya penuh dengan tulisan yang merupakan ungkapan pikiran dan perasaannya sendiri. Dia sendiri mengakui bahwa tulisan adalah semacam pelampiasan hati.
Ibunda Nh Dini adalah seorang pembatik yang selalu bercerita padanya tentang apa yang diketahui dan dibacanya dari bacaan Panji Wulung, Penyebar Semangat, Tembang-tembang Jawa dengan Aksara Jawa dan sebagainya. Baginya, ibunya mempunyai pengaruh yang besar dalam membentuk watak dan pemahamannya akan lingkungan.
Sekalipun sejak kecil kebiasaan bercerita sudah ditanamkan, sebagaimana yang dilakukan ibunya kepadanya, ternyata Nh Dini tidak ingin jadi tukang cerita. la malah bercita-cita jadi masinis. Namun hal itu tidak kesampaian hanya karena tidak menemukan sekolah bagi calon masinis kereta api.
Sampai akhirnya, pekerjaanya sebagai penulis disebabkan karena ia memang suka bercerita, membaca dan kadang-kadang ingin tahu kemampuannya. Misalnya sehabis membaca sebuah karya, biasanya dia berpikir jika hanya begini saya pun mampu membuatnya. Dan dalam kenyataannya ia memang mampu dengan dukungan teknik menulis yang dikuasainya.
Baca Juga
Advertisement
Penghargaan
Beberapa penghargaan pernah diraih Nh Dini. Di antaranya penghargaan SEA Write Award di bidang sastra dari Pemerintah Thailand. Puluhan karya telah dihasilkannya, antara lain Pada Sebuah Kapal (1972), La Barka (1975) atau Namaku Hiroko (1977), Orang-orang Tran (1983), Pertemuan Dua Hati (1986), Hati yang Damai (1998).
Belum termasuk karya-karyanya dalam bentuk kumpulan cerpen, novelet, atau cerita kenangan. Hingga akhirnya hayatnya, Nh Dini telah menulis lebih dari 20 buku. Kebanyakan novel-novel yang bercerita tentang wanita.
Buku-bukunya dibaca banyak kalangan cendekiawan dan jadi bahan pembicaraan sebagai karya sastra.
Pada 1956, sambil bekerja di Garuda Indonesia Airways (GIA) di Bandara Kemayoran, Dini menerbitkan kumpulan cerita pendeknya, Dua Dunia. Sejumlah bukunya bahkan mengalami cetak ulang sampai beberapa kali - hal yang sulit dicapai oleh kebanyakan buku sastra.
Buku lain yang tenar karya Dini adalah Namaku Hiroko dan Keberangkatan. la juga menerbitkan serial kenangan, sementara cerpen dan tulisan lain juga terus mengalir dari tangannya. Walau dalam keadaan sakit sekalipun, ia terus berkarya.
Advertisement
Kehidupan Pribadi
Soal kehidupan pribadinya, Nh Dini dipersunting Yves Coffin, Konsul Prancis di Kobe, Jepang, pada 1960. Dari pernikahan itu ia dikaruniai dua anak, Marie-Claire Lintang (lahir pada 1961) dan Pierre Louis Padang (lahir pada 1967). Anak sulungnya kini menetap di Kanada, dan anak bungsunya menetap di Prancis. Pierre adalah pencipta karakter dan sutradara Minions dan Despacable Me.
Nh Dini berpisah dengan suaminya, Yves Coffin pada 1984, dan mendapatkan kembali kewarganegaraan RI pada 1985 melalui Pengadilan Negeri Jakarta.