Liputan6.com, Jakarta - Penduduk Bumi akan menjadi saksi sebuah fenomena langit tak biasa pada Januari 2019 yakni Super Blood Moon. Gabungan antara supermoon dan blood moon.
Supermoon terjadi saat Bulan berada pada jarak terdekatnya dengan Bumi atau perigee. Mata manusia bisa menangkap penampakan rembulan yang 14 persen lebih besar dan 30 persen lebih terang dari biasanya.
Baca Juga
Advertisement
Sementara, seperti dikutip dari BBC, blood moon terjadi saat gerhana bulan, ketika Matahari, Bumi, dan Bulan berada pada garis sejajar.
Saat itu, Bulan akan ditutupi bayangan Bumi, membuatnya tampak kemerahan. Mirip darah. Penampakan tersebut terjadi akibat sinar matahari menembus atmosfer Bumi sebelum sampai ke Bulan. Gas-gas di atmosfer menyebarkan cahaya biru, dan meloloskan cahaya merah.
Keduanya, baik supermoon dan blood moon akan terjadi berbarengan pada 21 Januari 2019.
Meski Super Blood Moon bukan kali pertamanya terjadi sepanjang peradaban manusia, sejumlah orang mengaitkan fenomena itu dengan banyak hal yang kedengarannya tak punya kaitan sama sekali.
Misalnya, ramalan soal nasib seseorang atau bahkan pertanda kiamat.
Seperti dikutip dari ibtimes.co.in, Selasa (4/12/2018), sejumlah peminat teori konspirasi mengaitkan fenomena langit tersebut dengan pertanda malapetaka atau bahkan kiamat.
Dan, super blood moon 2019 disebut-sebut sebagai nubuat kiamat sesuai dengan apa yang tersurat dalam Alkitab. Ramalan akhir zaman itu pun viral di internet dan media sosial. Benarkah demikian?
Tak ada istilah 'blood moon' dalam Alkitab. Meski ada sejumlah referensi dalam kitab suci tersebut yang menyebut, Matahari gelap dan Bulan akan berwarna merah darah sebelum kiamat menjelang.
"Apakah ini sebuah pertanda? Nubuat terkait hal-hal yang akan terjadi dalam dua tahun berikutnya?," kata seorang pemuka agama, Paul Begley seperti dikutip dari Express.
"Ya, ini jelas merupakan pertanda akhir zaman dan Amerika memainkan peran kunci di dalamnya." Alasannya, klaim dia, fenomena langit itu bertepatan dengan peringatan dua tahun pelantikan Donald Trump sebagai Presiden AS.
Sebelumnya, ada dua fenomena blood moon yang terjadi pada 2018, yakni di super blue blood moon pada 13 Januari 2018 dan gerhana bulan pada 27 Juli 2018.
Ramalan kiamat juga marak kala itu. Namun, Bumi dan segala kehidupan di dalamnya masih bertahan.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Pandangan Ahli
Para ahli menegaskan, penampakan Bulan yang merah tak ada kaitan dengan kiamat. Itu adalah peristiwa alami.
"Saat gerhana bulan total, Bulan biasanya terlihat merah gelap karena diterangi cahaya yang telah melewati atmosfer Bumi dan dibelokkan kembali ke Bulan oleh pembiasan," demikian menurut Royalwich Greenwich.
"Karena debu di atmosfer menghalangi gelombang cahaya biru yang frekuensinya lebih tinggi, hanya cahaya merah yang lolos."
Fenomena super blood moon 2019 bisa disaksikan di Amerika Serikat, Amerika Selatan, Eropa Barat, dan Afrika antara tanggal 20-21 Januari.
Advertisement