Komentar Donald Trump Batasi Kenaikan Harga Minyak

Harga minyak mentah AS ditutup naik 30 sen menjadi USD 53,25 per barel.

oleh Arthur Gideon diperbarui 05 Des 2018, 05:39 WIB
Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak mampu menguat pada penutupan perdagangan Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta). Kenaikan harga minyak ini terjadi di tengah adanya kekhawatiran pelemahan permintaan akibat masih berlanjutnya perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China.

Mengutip Reuters, Rabu (5/12/2018), harga minyak mentah AS ditutup naik 30 sen menjadi USD 53,25 per barel, setelah melewati sesi perdagangan yang volatil dan sempat menyentuh level USD 54,55 per barel.

Sedangkan harga minyak mentah Brent naik 39 sen menjadi USD 62,08 per barel, setelah sebelumnya menyentuh sesi tinggi di USD 63,58 per barel.

Kekhawatiran perang dagang masih menyelimuti harga minyak. Perang dagang akan menganggu pertumbuhan ekonomi global sehingga permintaan akan minyak mentah sebagai sumber energi juga bakal tertanggu.

Sebelumnya Presiden AS Donald Trump menjelaskan bahwa ia akan kembali menetapkan tarif kepada China jika kedua pihak tidak dapat menyelesaikan perbedaan pandangan mereka.

Komentar itu langsung meredam antusiasme pasar dan aksi jual besar terlihat di seluruh sektor. penurunan yang sangat jelas terlihat di pasar saham yang melemah lebih dari 3 persen.

Sedangkan untuk harga minyak masih bisa mengantongi keuntungan meskipun tidak sebesar seperti yang dicatatkan di awal perdagangan.

Jika melihat ke belakang, harga minyak telah mundur bersama aset lainnya dalam beberapa pekan terakhir, didorong oleh kekhawatiran tentang perdagangan dan pertumbuhan ekonomi.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Kesepakatan OPEC

Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Saat ini, pelaku pasar tengah fokus pada pertemuan organisasi eksportir minyak (OPEC). Pertemuan yang mulai berlangsung Kamis tersebut akan kembali membahas mengenai pemotongan produksi.

OPEC dan beberapa negara di luar OPEC tengah berusaha mencapai kesepakatan untuk mengurangi produksi minyak setidaknya 1,3 juta barel per hari, jelas sumber Reuters.

Menurutnya, perlawanan Rusia terhadap pemotongan produksi yang signifikan sejauh ini merupakan batu sandungan utama.

"Sekarang harga minyak mulai mendapatkan ketidakpastian baik dari soal memotong produksi dan juga perang dagang," kata Gene McGillian, Direktur Riset Tradition Energy di Stamford, Connecticut.

"Beberapa optimisme seputar pelonggaran ketegangan perdagangan tampaknya langsung menguap setelah mendengar komentar dari Trump." tambah dia.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya