Arief Yahya Jadi Keynote Speaker dalam Google for Indonesia

Menpar Arief Yahya jadi keynote speaker di Google for Indonesia.

oleh Cahyu diperbarui 05 Des 2018, 11:17 WIB
Menpar Arief Yahya jadi keynote speaker di Google for Indonesia. (foto: dok. Kemenpar)

Liputan6.com, Jakarta Menteri Pariwisata, Arief Yahya, menjadi Keynote Speaker dalam acara Google for Indonesia, di Ciputra Artpreneur Gallery, Jakarta Selatan, Selasa (4/12/2018). Kegiatan ini dihadiri 1200 peserta dari kalangan pemerintah, business, content creator, UKM, coders, NGO, dan komunitas lainnya. Adapun pemandu acaranya adalah Managing Director Google Indonesia, Randy Jusuf, dan perwakilan dari Google global.

Dalam pidatonya, Arief menyampaikan apresiasinya kepada Google karena telah menjadi digital media partner pertama promosi pariwisata Indonesia. Menurutnya, Google juga mempelopori pengembangan inovasi baru untuk mendukung pariwisata. Misalnya, searching menggunakan Google Search dan Google Maps, pemasaran produk lokal pariwisata menggunakan Google Bisnisku, dan promosi keindahan alam menggunakan Streetview (Raja Ampat, Borobudur, Danau Toba).

"Kerja sama antara Kemenpar dengan Google sudah terjalin tiga tahun ini. Google itu mitra utama Kemenpar untuk mengimplementasikan digital marketing," ujar Arief.

Selain itu, Google juga memiliki Google Gapura Digital. Sebuah program pelatihan bagi pelaku usaha kecil dan menengah (UKM). 

Arief pun berharap Google Gapura Digital yang melatih 1juta UKM, agar 15 persennya atau 150.000 pesertanya adalah UKM Pariwisata.

"Google Gapura Digital sejalan dengan program Kemenpar, yaitu Wonderful Indonesia Start-Up Academy (WSA), yaitu membuat start-up pariwisata sehingga akan makin banyak UKM Pariwisata," ucapnya.

Arief melanjutkan, bisnis bisa tumbuh hebat karena regulasi dan teknologi, termasuk pariwisata Indonesia yang tumbuh pesat. Dalam catatan The Telegraph, pariwisata Indonesia masuk Top 20 dengan growth 22 persen atau 3 kali lipat dan WTTC masuk dalam Top 9.

"Pertumbuhan yang pesat ini hanya bisa dicapai melalui teknologi, yaitu program Go Digital. 70 persen customers Kemenpar (wisatawan) sudah digital. Maka, alokasi anggaran Kemenpar 70 persennya untuk Digital Media, 30 persen untuk awareness di Conventional Media. Digital media efektivitasnya empat kali lipat dari conventional media," kata dia.

Regulasi juga sangat penting karena regulasi lemah bisa mematikan business. Menurut Arief, perkembangan industri pariwisata di Indonesia masih terhambat perizinan. Deregulasi dinilai menjadi kunci penting kesuksesan industri tersebut.

"Investor semuanya mengeluh karena lama waktu mengurus perizinan dan seolah-olah dilempar sana-sini," ujarnya.

Arief pun menjamin akan menyediakan regulasi yang mendukung. Dia menyarankan untuk invest in Regulatory Management.

"Cara mudahnya, adalah membentuk Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Di kawasan tersebut, pemerintah bisa membuat aturan khusus. Sekalinya suatu daerah sudah punya KEK, perizinan akan lebih mudah dan cepat," ucap Arief.

Dalam kesempatan tersebut, ia juga mendorong para millennials yang ikut acara ini untuk turut serta memajukan Pariwisata Indonesia dan ikut Wonderful Indonesia Start-Up Academy.

"Karena millennials memiliki esteem needs, kebutuhan untuk diakui, ke tempat wisata baru yang belum dikunjungi orang lain. Millenial juga sangat digital savvy. Para millenial silakan ikut Genpi dan mengunjungi destinasi digital yang cameragenic," kata Arief.

 

 

(*)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya