Sarapan Pagi dengan Kasuami Khas Wakatobi

Makanan bertekstur lembut ini dari Wakatobi ini, dahulu kala dikonsumsi oleh warga nelayan dan petani yang desanya tidak bisa ditumbuhi tanaman padi.

oleh Ahmad Akbar Fua diperbarui 06 Des 2018, 06:02 WIB
Kasuami ukuran normal yang biasa dikonsumsi sehari-hari oleh masyarakat Kendari, Sulawesi Tenggara. (Liputan6.com/Ahmad Akbar Fua)

Liputan6.com, Kendari - Kasuami merupakan makanan tradisional khas asal Kabupaten Wakatobi yang terbuat dari ubi kayu atau singkong yang dihaluskan dan dikukus kemudian dibuat menyerupai kerucut atau tumpeng.

Kasuami diolah dengan mengukus parutan singkong yang sudah dikeringkan. Kemudian, parutan yang masih basah disaring memakai saringan dari anyaman bambu.

Ayakan ini menyerupai ayakan beras. Tujuannya, parutan ubi yang kasar terpisah dengan parutan ubi halus. setelah itu, parutan ubi halus yang telah terpisah dengan parutan ubi kasar dimasukkan ke dalam cetakan berbentuk kerucut atau tumpeng yang terbuat dari anyaman bambu. Kasuami kemudian dimasak selama kurang lebih 15 menit.

Makanan bertekstur lembut ini, dahulu kala dikonsumsi oleh warga nelayan dan petani yang desanya tidak bisa ditumbuhi tanaman padi.

Kasuami dikenal di Sultra sebagai hidangan nenek moyang suku Wakatobi dan Buton. Dua wilayah ini, tanaman ubi kayu yang menjadi bahan dasar kasuami, tumbuh subur dan menjadi makanan pokok sehari-hari.

Sebuah kasuami, umumnya dibuat berukuran normal 500-700 gram atau lebih. Diameter kasuami normal hanya berkisar 10 sentimeter dan tinggi 10 sentimeter.

Berwarna kuning kecoklatan, satu buah kasuami berbentuk tumpeng kecil umumnya menghabiskan 2-3 batang singkong parut.

"Makanan ini dihidangkan sebagai pengganti nasi, dimakan dengan sayuran atau ikan sama seperti nasi," ujar Ketua Perkumpulan Chef Profesional Indonesia (PCPI) Sulawesi Tenggara Nurmansyah Suryo.

Dalam kondisi normal, seorang bisa menghabiskan satu hingga dua buah makanan khas Wakatobi ini dalam sekali makan. Terbuat dari ubi yang dihaluskan, meskipun bertekstur lembut tetapi kasuami cepat mengenyangkan.

 


Kasuami Terbesar Pecahkan Rekor

Kasuami raksasa yang dibuat di Kota Kendari, memiliki berat 1,2 ton dan tinggi 2,5 meter. (Liputan6.com/Ahmad Akbar Fua)

Hujan lebat yang mengguyur Kota Kendari tak menghalangi puluhan chef profesional membuat rekor baru di Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI), menciptakan makanan tradisional Kasuami terbesar yang pernah dibuat di Indonesia, Minggu, 2 Desember 2018, pukul 20.30 Wita. 

Membuat makanan kasuami berukuran raksasa di tengah hujan lebat dan lapangan terbuka, bisa rawan tercemar kuman dan kotoran.

Namun, gabungan 50 orang chef terlatih itu berhasil menyakinkan pihak MURI soal sterilnya makanan yang dihidangkan. Posisi kasuami yang agak tinggi dari lantai serta asap tungku mencegah lalat dan serangga mendekat ke arah gunungan kasuami yang mencapai tinggi 2 meter lebih sehingga terhindar dari bakteri dan serangga.

Kasuami yang berhasil dibuat di Kota Kendari memiliki berat 1,2 ton. Termasuk ukuran raksasa bila dibandingkan dengan ukuran normal. Tingginya 2,5 meter dan berdiamater 1,8 meter. Padahal, biasanya Kasuami hanya dibuat paling tinggi 10 sentimeter saja untuk setiap porsinya.

Ketua Perkumpulan Chef Profesional Indonesia (PCPI) Sulawesi Tenggara Nurmansyah Suryo mengatakan, kasuami dipilih sebagai makanan tradisional untuk membuat rekor MURI karena memiliki tantangan tersendiri saat membuat. Jika dibuat dalam jumlah kecil, makanan khas Sultra lainnya cenderung lebih mudah dibuat.

"Mulai dari mengumpulkan bahan baku, hingga meracik dan memasak memerlukan tenaga ekstra. Apalagi dalam jumlah banyak," ujar Nurmansyah.

"Kasuami di Rekor MURI ini kami habiskan kerjakan dengan bantuan 10 tungku dan panci kukus besar, semuanya aktif bergerak selama 11 jam sejak pukul 07.00 Wita hingga pukul 18.00 Wita," dia menambahkan.

Pihak MURI melalui Triyono mengatakan, kasuami yang dibuat di Sultra sudah standar nasional. Bahkan, kasuami ini oleh MURI ditetapkan sebagai makanan kasuami tertinggi dan terbesar di dunia.

"Kasuami yang dibuat dengan dj Kendari Food Festival ini juga dinyatakan sebagai pemecahan rekor MURI yang membuat makanan tradisional dengan jumlah paling sedikit pesertanya, hanya 50 orang," ujarnya.

Biasanya, pencapaian rekor MURI melibatkan peserta hingga ribuan orang. Namun, kasuami raksasa yang dibuat di Kota Kendari ini hanya melibatkan 30 orang chef dari PCPI Sultra dan 20 orang chef dari Siswa SMK 3 Kendari jurusan Tata Boga.

Wali Kota Kendari Sulkarnain mengatakan, upaya anak-anak muda Kota Kendari menciptakan makanan kasuami raksasa merupakan salah satu pencapaian terbaik. Tahun 2019, dirinya berharap ada pencapaian terbaru dari soal rekor.

"Mungkin, ada makanan lagi dalam jumlah besar atau lebih banyak lagi dari ini. Kami berharap, generasi muda bisa melahirkan banyak inovasi lainnya," ujar Sulkarnain.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya