5 Media Sosial Fenomenal yang Kini Cuma Tinggal Nama

Inilah daftar lima media sosial yang kini mulai ditinggal pengguna dan kehilangan pamor.

oleh Jeko I. R. diperbarui 07 Des 2018, 08:00 WIB
Ilustrasi aplikasi Path

Liputan6.com, Jakarta - Inovasi tak dimungkiri telah menjadi bagian dari media sosial. Dari masa ke masa, pengguna internet selalu dihadapkan dengan media sosial yang berbeda dan menawarkan kemampuan lebih beragam.

Namun, sama seperti di lini bisnis lain, tak seluruh media sosial dapat selalu bertahan.

Ada beragam alasan sebuah media sosial ditinggalkan pengguna, mulai dari ada platform lain yang lebih baik atau sekadar bosan.

Selain Instagram dan Snapchat yang kini telah menjadi 'primadona', sebenarnya ada beberapa media sosial lain yang sempat mengalami masa kejayaan sekitar tahun 2000-an.

Tak hanya di dunia, sebagian besar media sosial ini juga menjadi pilihan utama pengguna internet Indonesia.

Apa saja? Simak daftarnya yang sudah dihimpun Tekno Liputan6.com, Jumat (7/12/2018) dari beberapa sumber.


Friendster

Logo terakhir Friendster (sumber : CNET)

Media sosial pada era 2000-an ini sempat begitu populer. Dibangun oleh programmer Jonathan Abrams pada 2002, Friendster berkembang dengan cepat.

Laporan mencatat tak kurang dari 115 juta orang di dunia menjadi anggota Friendster pada 2008. Selain memberikan kesempatan bagi pengguna untuk melakukan personalisasi akunnya, berkirim testimoni juga menjadi fitur andalan media sosial ini.

Namun, kedigdayaan media sosial ini tak berlangsung lama. Facebook yang ketika itu tengah merangkak naik, dengan cepat menarik hati para pengguna internet di seluruh dunia.

Akibatnya, media sosial ini terbebani masalah teknis sehingga pada 2006 penggunanya turun drastis di Amerika Serikat. Sempat terseok, Friendster yang dibantu pengguna di wilayah Asia Tenggara didesain ulang sekitar 2009.

Namun, pada 2011, media sosial ini mulai kehilangan pamor dan semakin ditinggal pengguna. Pada tahun yang sama, media sosial ini berubah dan meluncur kembali sebagai situs bermain gim.


MySpace

MySpace. (Doc: The Drum)

Selain Friendster, media sosial yang juga sempat populer pada era 2000-an adalah MySpace.

Hadir sebagai platform untuk berjejaring bagi penggemar musik, MySpace sempat menjadi ajang komunikasi band dan penggemarnya.

Saat berada di puncak popularitas, laporan mencatat, pengunjung MySpace dapat mencapai 75,9 juta orang dalam sebulan. Namun, kondisi itu juga tak bertahan lama dan pengguna MySpace pun berangsung terus berkurang.

Pada 2011, kepemilikan MySpace beralih ke Viant. Ketika itu, Viant membeli platform yang diciptakan oleh Chris DeWolfe dan Tom Anderson ini dengan nilai US$ 35 juta atau sekitar Rp 471 miliar.

Setelah itu, pada Februari 2016, Time Inc secara resmi mengumumkan akuisisi Viant. Dengan adanya akuisisi tersebut, Time Inc telah menggabungkan data, analisis, dan iklan pelanggannya dengan data yang dimiliki Viant.


Foursquare

Foursquare, layanan jejaring sosial berbasis lokasi. (Doc: The Next Web)

Foursquare sempat begitu populer di kalangan pengguna internet Indonesia sekitar 2009.

Melalui platform ini, pengguna dapat berbagai lokasi dengan orang lain. Layanan ini sempat menjadi media efektif untuk suatu tempat, baik itu restoran, kafe, ataupun toko.

Meski masih bertahan sampai sekarang, pengguna Foursquare dikabarkan terus menurun. Pertengahan 2014, Foursquare sempat merilis platform baru dan terpisah dari layanannya, yakni Swarm.

Namun, akhir tahun lalu sempat tersiar kabar bahwa nilai valuasi perusahaan sempat turun karena ditinggal oleh CEO-nya, Dennis Crowley, yang memilih menjabat sebagai Executive Chairman.

Pengganti Crowley, Jeff Glueck, pun membantah kabar tersebut. Akan tetapi, ia tak menampik perusahaan memang tak terlalu menonjol selama periode 2009 atau 2010.


Plurk

Ilustrasi obrolan video menggunakan layanan media sosial. (Sumber BBC)

Plurk merupakan media sosial berbasis microblogging yang mulai meraup kepopuleran di Indonesia sekitar 2009.

Adapun platform ini menawarkan layanan mirip Twitter dengan memberi kesempatan penggunanya untuk menuliskan status yang dikenal sebagai plurk dengan panjang maksimum 140 karakter.

Pengguna di Indonesia yang terus tumbuh membuat Plurk terus mengembangkan sayapnya. Pada 2013, Plurk akhirnya merilis akun Plurk Indonesia sebagai akun resmi yang hadir untuk pengguna di Tanah Air.

Kendati demikian, pengguna Plurk sendiri sudah tak sebanyak saat masih digandrungi pengguna internet Tanah Air. Saat ini, Plurk sendiri masih digunakan secara terbatas dan belum benar-benar ditinggal penggunanya.


Path

Ilustrasi

Media sosial berbagi momen Path resmi mengumumkan selamat tinggal kepada para penggunanya. Sebelumnya, lini masa internet memang ramai dengan kabar bahwa Path bakal tutup usia.

Kini, Path mengonfirmasi hal tersebut dengan menampilkan pengumuman di laman Path.com dan di aplikasi Path kepada pengguna.

Sebagaimana Tekno Liputan6.com, kutip dari Path.com, Senin (17/9/2018), Path dengan berat hati mengumumkan pihaknya akan menghentikan layanan mereka.

"Dengan berat hati, kami mengumumkan bahwa kami akan berhenti menyediakan layanan yang kami cintai, Path," demikian bunyi pengumuman Path.

Per 17 September 2018, Path mengumumumkan kepada seluruh pengguna bahwa layanannya akan ditutup.

Kemudian, pada 1 Oktober 2018 pengguna tak bisa lagi mengunduh atau memperbarui aplikasi Path mereka di Android maupun iOS.

Tanggal 18 Oktober 2018, barulah Path menghentikan akses ke platform mereka.

Kemudian di tanggal 11 November 2018, customer service Path ditutup.

(Jek/Ysl)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya