Liputan6.com, Pekanbaru - Jamal dan Hamid menjadi orang yang paling dicari Kepolisian Daerah Riau karena diduga mengetahui kasus penemuan jenazah yang diduga terkait karamnya kapal pengangkut Tenaga Kerja Indonesia di perbatasan Riau dengan Malaysia di Selat Malaka. Keduanya selamat dari perairan itu setelah diselamatkan kapal feri Indomal.
Kabid Humas Polda Riau Komisaris Besar Sunarto menjelaskan, pada 22 November 2018 diterima informasi ada dua orang terapung di Selat Malaka lalu ditemukan kapal feri tersebut. Karena tujuan kapal ke Malaysia dan keduanya mengaku ingin ke Riau, kapal membawanya dulu ke Malaysia.
Baca Juga
Advertisement
Usai itu, keduanya dibawa ke Riau lagi hingga sampai ke Kota Dumai. Kepada awak kapal, keduanya mengaku nelayan yang perahunya karam dihantam gelombang.
"Saat itu awak kapal tidak banyak tanya-tanya, data keduanya juga masuk ke manifes kapal usai diselamatkan," sebut Sunarto di Rumah Sakit Bhayangkara Polda Riau, Jalan Kartini, Selasa, 4 Desember 2018, petang.
Usai penyelamatan keduanya, secara beruntun mulai dari tanggal 24 November hingga sekarang, ditemukan 10 jenazah yang terapung di perbatasan Riau dengan Malaysia itu. Lokasi antara satu jenazah dengan jenazah yang lain ditemukan berdekatan dan ada pula yang cukup jauh.
"Terakhir, hari ini ditemukan mayat mengapung di Kepulauan Meranti, tepatnya perairan Teluk Mas. Lokasi ini juga termasuk perbatasan, jadi totalnya hingga sekarang ada 10 jenazah," sebut pria dipanggil Narto ini.
Keterangan Keluarga Korban
Menurut Narto, Jamal dan Hamid masih dicari rumahnya usai penyelamatan itu. Keduanya menjadi saksi kunci dalam penemuan 10 jenazah itu, apakah keduanya memang nelayan atau ikut dalam rombongan TKI yang kapalnya diduga karam di perbatasan.
Sejak penemuan ini, berembus kabar ada sekitar 19 hingga 29 TKI yang ikut dalam kapal karam itu. Hanya saja, Polda Riau belum bisa menyimpulkan karena masih mencari keberadaan Hamid dan Jamal.
Sementara jenazah yang ditemukan, Polda Riau berani memastikannya sebagai TKI berdasarkan keterangan sejumlah keluarga yang sudah menjemput jenazah itu.
"Informasi dari keluarga yang sudah menjemput jenazah, sebelumnya keluarga mereka itu merantau ke Malaysia dan mengabarkan ingin pulang ke Indonesia," sebut Narto.
Sejauh ini, sudah ada tiga jenazah dibawa keluarganya ke kampung halaman masing-masing setelah tim DVI Polda Riau berhasil mengidentifikasi tiga jenazah. Dua di antaranya berjenis kelamin laki-laki dan satunya perempuan.
Di samping itu, bagi masyarakat Riau ataupun provinsi tetangga yang merasa kehilangan keluarganya, Sunarto mengimbau agar melapor ke Polda Riau. Saat ini, sudah dibuka posko pengaduan di Rumah Sakit Bhayangkara.
"Saat ini masih dilakukan pendataan antemortem dan posmortem bagi jenazah lainnya," kata Narto.
Advertisement
Total 10 Jenazah Ditemukan
Jenazah terapung yang ditemukan di Selat Malaka, persisnya perbatasan Provinsi Riau dengan Malaysia, terus bertambah. Hingga kini sudah ada 10 jenazah, di mana yang terakhir ditemukan di Kepulauan Meranti, tepatnya di Teluk Mas.
Menurut Kabid Humas Polda Riau Komisaris Besar Sunarto, jenazah berjenis kelamin perempuan itu ditemukan pada Selasa, 4 Desember 2018, pukul 09.00 WIB. Tidak ada identitas yang ditemukan dan wajahnya sulit dikenali.
"Lagi dikoordinasikan pengirimannya ke Rumah Sakit Bhayangkara Polda Riau," kata Narto.
Narto menyebutkan, di RS Bhayangkara Polda Riau sudah ada delapan jenazah yang diterima. Sebelum itu, tambah Narto, sudah ada satu jenazah yang dikuburkan oleh Dinas Sosial di Kabupaten Bengkalis beberapa hari lalu. Jenazah ini juga ditemukan di perbatasan Riau dengan Malaysia, tepatnya di perairan Pulau Rupat.
"Penguburan dilakukan setelah rumah sakit setempat tidak menerima adanya laporan kehilangan, sementara jenazah sudah tidak utuh lagi," lanjut Narto.
Narto menceritakan, penemuan jenazah terapung pertama kali terjadi pada 24 November 2018 siang. Jenis kelaminnya pria dan di tubuhnya ditemukan uang Ringgit Malaysia sebanyak dua ribu.
"Mayat ini ketika ditemukan nelayan setempat memakai kaos belang merah dan celana cokelat," kata Narto.
Berikutnya pada 29 November 2018, ditemukan lagi dua jasad pria dan satu wanita mengambang di perairan Desa Pampang yang juga masuk perbatasan. Sehari kemudian ditemukan lagi di perairan yang sama ditemukan tiga jasad pria dan satu wanita.
"Sebelumnya yang di Rupat itu, sudah dikuburkan tapi sampelnya sudah diambil. Terakhir di Kepulauan Meranti pada 4 Desember," ujar Narto.
Terpisah, Kabid Dokkes Polda Riau Komisaris Asmara Hadi menyebut tiga dari delapan jasad yang diterimanya sudah berhasil diidentifikasi, satu di antaranya wanita. Ketiganya sudah dibawa pulang oleh keluarganya masing-masing.
Adapun yang teridentifikasi, sebut Hadi, atas nama Mimi Dewi dan berasal dari Painan, Sumatera Barat. Petugas mengidentifikasi berdasarkan data serta struktur gigi, berikutnya pakaian dan ikat rambut.
Berikutnya atas nama Ujang Chaniago, berasal dari Padang, Sumatera Barat. Petugas berhasil mengidentifikasi berdasarkan tanda lahir, KTP, jam tangan, data medis serta properti lainnya seperti baju lalu pakaian.
Terakhir Marian Suhadi yang sudah dibawa keluarganya ke Langkat, Sumatera Utara. Petugas berhasil mengidentifikasinya dari tanda bawaan lahir, pakaian dan gelang tangan.
"Untuk jasad lainnya masih berusaha diidentifikasi semaksimal mungkin," terang Hadi.
Simak video pilihan berikut ini: