Komisi HAM PBB Desak Penyelidikan Internasional atas Kasus Jamal Khashoggi

Kepala badan PBB untuk urusan HAM menyerukan penyelidikan internasional atas pembunuhan jurnalis Arab Saudi Jamal Khashoggi.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 06 Des 2018, 12:00 WIB
Jamal Khashoggi, sosok wartawan Arab Saudi yang tewas di konsulat negaranya di Istanbul, Turki, 2 Oktober 2018 (AP)

Liputan6.com, Jenewa - Kepala badan PBB untuk urusan hak asasi manusia (HAM) telah menyerukan penyelidikan internasional untuk menentukan siapa yang bertanggungjawab atas pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi.

Michelle Bachelet, Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia (OHCHR) mengatakan, penyelidikan semacam itu "sangat dibutuhkan" untuk mencari tahu siapa yang bertanggung jawab atas "pembunuhan yang mengerikan itu", demikian seperti dikutip dari Al Jazeera, Kamis (6/12/2018). Namun, ia tak mengelaborasi lebih jauh mengenai tindakan selanjutnya dari PBB.

Seruan itu mengemuka setelah Turki menginstruksikan Arab Saudi untuk mengekstradisi semua tersangka dalam pembunuhan tersebut, termasuk, dua orang yang dekat dengan Putra Mahkota Arab Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman.

Kejaksaan Istanbul --kota yang menjadi tempat kejadian perkara pembnuhan Khashoggi-- telah mengajukan surat perintah penangkapan untuk seorang pembantu utama Pangeran Salman dan wakil kepala intelijen asing Saudi. Keduanya diduga merencanakan pembunuhan itu.

Kantor kejaksaan telah menyimpulkan ada "kecurigaan kuat" bahwa Saud al-Qahtani dan Jenderal Ahmed al-Asiri, yang dicopot dari jabatan mereka pada Oktober, berada di antara para perencana pembunuhan di konsulat Saudi di Istanbul, menurut dua pejabat Turki.

Seorang pejabat mengatakan: "Langkah jaksa penuntut untuk mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Asiri dan Qahtani mencerminkan pandangan bahwa pemerintah Saudi tidak akan mengambil tindakan formal terhadap orang-orang itu."

Turki telah berusaha mengekstradisi 18 tersangka, termasuk di antaranya, 15 orang yang berkontribusi langsung dalam pembunuhan Khashogggi pada 2 Oktober lalu.

Pejabat Turki itu mengatakan: "Komunitas internasional tampaknya meragukan komitmen Arab Saudi untuk mengadili kejahatan keji ini. Dengan mengekstradisi semua tersangka ke Turki, di mana Jamal Khashoggi terbunuh dan dipotong-potong, pihak berwenang Saudi dapat mengatasi keraguan tersebut."

Di sisi lain, Saudi menolak untuk memenuhi permintaan Turki, dengan mengatakan bahwa belasan tersangka akan diproses hukum di dalam negeri. Saat ini, Saudi telah menahan 21 orang, dengan lima di antaranya terancam dengan hukuman mati.

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan perintah untuk pembunuhan Jamal Khashoggi datang dari tingkat tertinggi pemerintah Saudi, tetapi mungkin bukan Raja Salman, menempatkan sorotan pada pewaris takhta dan penguasa de facto Saudi saat ini, Pangeran Mohammed bin Salman.

Arab Saudi mengklaim, Pangeran Salman tidak memiliki pengetahuan sebelumnya tentang pembunuhan itu.

Setelah menawarkan banyak penjelasan yang kontradiktif, Riyadh kemudian mengatakan Jamal Khashoggi telah terbunuh dan tubuhnya terpotong ketika negosiasi untuk membujuknya untuk kembali ke Arab Saudi gagal.

 

Simak video pilihan berikut:

 


Legislator AS Yakin Putra Mahkota Saudi Perintahkan Bunuh Jamal Khashogggi

US Capitol, Gedung Kongres AS (DPR dan DPD) (Wikimedia / Creative Commons)

Setelah pengarahan tertutup bersama Direktur Badan Intelijen Amerika Serikat (CIA), Gina Haspel, pada 4 Desember 2018, beberapa legislator AS meyakini bahwa "mustahil" Putra Mahkota Arab Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman, tidak terlibat dalam pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi.

"Saya semakin yakin dengan pandangan-pandangan sebelumnya," kata anggota Senat (upper-chamber) Bob Menendez (Republik) usai mendengar pemaparan dari Direktur CIA kemarin, seperti dikutip dari Al Jazeera, Rabu (5/12/2018).

Senator Lindsey Graham (Demokrat) mengatakan kepada wartawan, "Anda mesti buta untuk tidak sampai pada kesimpulan bahwa pembunuhan Khashoggi diatur oleh orang-orang di bawah komando Pangeran Salman."

Dia menambahkan bahwa tampaknya pemerintahan Presiden Donald Trump tidak mau mengakui bukti keterlibatan sang putra mahkota.

Senator Bob Corker (Republik), yang merupakan Ketua Komite Luar Negeri Senat AS, menggemakan komentar senada, mengatakan bahwa tidak ada keraguan dalam pikirannya bahwa Pangeran Salman memerintahkan dan mengawasi pembunuhan Khashoggi.

Laporan CIA

Apa yang dipaparkan oleh Direktur Haspel kepada Senat AS kemarin memang tidak diungkap ke publik, mengingat pertemuan itu dilaksanakan secara tertutup.

Namun, beberapa media, yang kabarnya telah membaca dokumen analisis CIA tentang pembunuhan Khashoggi, menyimpulkan bahwa Pangeran Muhammed bin Salman "mungkin memerintahkan" pembunuhan kolumnis The Washington Post itu.

CIA juga dilaporkan memiliki bukti tentang komunikasi yang dilakukan Pangeran Salman dengan Saud al-Qahtani, yang diduga melakukan pengawasan di lapangan dalam proses pembunuhan wartawan Saudi itu.

Direktur Haspel sendiri dilaporkan telah mendengar rekaman audio pembunuhan yang diperoleh oleh penyelidik Turki. Ia mendengar rekaman itu dari pejabat intelijen Turki kala melakukan kunjungan ke Ankara pada Oktober lalu.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya