Liputan6.com, Palembang - Kondisi Sungai Musi yang membelah Kota Palembang dari kawasan hulu ke hilir kini semakin surut. Sedimentasi dari limbah sampah dan penggerusan tanah membuat Sungai Musi kian sulit dilewati oleh kapal bertonase besar.
Hal ini diungkapkan Syafrul Yunardi, Ketua Umum Forum Daerah Aliran Sungai (DAS) Sumsel. Sedimentasi yang cukup tinggi di Sungai Musi membuat kawasan perairan ini masuk kategori kritis.
Baca Juga
Advertisement
"Tingkat sedimentasi semakin lama kian meninggi, karena tidak ada pengerukan. Harusnya dilakukan dua tahun sekali," ujarnya kepada Liputan6.com, Kamis (6/12/2018).
Kedalaman Sungai Musi yang biasanya berkisar antara 10 – 12 meter, kini hanya 7 meter karena semakin tingginya sedimentasi. Pendangkalan Sungai Musi tidak hanya menghambat masuknya kapal besar, namun juga menyebabkan beberapa anak sungai musi jadi mengecil dan mongering.
Dampak ini bisa mengurangi sumber air untuk pengaliran air ke sawah atau lahan masyarakat, serta ke rumah masyarakat. Lalu berdampak juga pada habitat biota laut di Sungai Musi yang terdesak dan semakin berkurang.
"Kalau ragam jenisnya mungkin tidak punah, tapi semakin sedikit jumlahnya karena kurangnya tempat hidup yang layak untuk habitatnya. Contohnya beberapa jenis ikan di Sungai Musi sangat sedikit, dibandingkan beberapa tahun lalu saat Sungai Musi tidak dangkal," ujarnya.
Salah satu faktor tingginya sedimentasi Sungai Musi yaitu penebangan pohon secara masif, pembuangan sampah rumah tangga, dan limbah pabrik di aliran sungai.
Sedimentasi Sungai Musi paling tinggi terjadi di bagian hilir, yang juga kian diperparah sumbangan sampah dan penggerusan tanah dari kawasan hulu.
Habitat Biota Sungai
Kawasan Sungai Musi di bagian hulu yaitu terdapat di Kabupaten Empat Lawang Sumsel, Kepahyang, Kabupaten Lahat dan Kabupaten Curup Bengkulu.
Sedangkan kawasan hilir Sungai Musi yang rendah yaitu di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Ogan Ilir (OI), Musi Banyuasin (Muba) dan Kota Palembang.
"Kita harus menjaga pohon agar tetap terjaga. Karena ketika hujan turun, air hujan tidak langsung ke tanah dan menghalau menggerusan tanah langsung mengalir ke sungai. Kalau pohon sudah berkurang, penggerusan tanah inilah yang semakin memperparah sedimentasi," ujarnya.
Selain sedimentasi, Forum DAS Sumsel juga mengamati tingginya pencemaran air di Sungai Musi. Salah satunya ditunjukkan dengan tidak adanya lagi habitat Ikan Belida khas Sumsel, yang hidup di bagian hilir Sungai Musi.
Jenis Ikan Belida ini hanya bisa hidup di aliran air yang tak terkena dampak lingkungan dan air yang bersih.
"Ikan Belida sangat sensitif terhadap kondisi lingkungan dan kualitas air. Pencemaran dari perusahaan terlebih perkebunan sawit dan limbah pupuk di tepian Sungai Musi membuat jenis ikan ini semakin banyak mati dan sebagian pindah ke kawasan yang lebih alami airnya," katanya.
Wali Kota (Wako) Palembang Harnojoyo mengatakan, mereka akan lebih intens berkoordinasi dengan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Sumatera VIII untuk masalah sedimentasi Sungai Musi.
"Setiap minggu di lokasi Tugu Belida di Plasa Benteng Kuto Besak (BKB) Palembang, selalu kita bersihkan. Tapi karena posisinya di hilir, sampah dari hulu datang terus. Ini yang jadi menumpuk," ucapnya.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Advertisement