Bursa Global Tertekan, IHSG Tergelincir 17,62 Poin

Gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bertahan di zona merah pada perdagangan saham Kamis pekan ini.

oleh Agustina Melani diperbarui 06 Des 2018, 16:21 WIB
Pekerja beraktivitas di BEI, Jakarta, Selasa (4/4). Sebelumnya, Indeks harga saham gabungan (IHSG) menembus level 5.600 pada penutupan perdagangan pertama bulan ini, Senin (3/4/2017). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bertahan di zona merah pada perdagangan saham Kamis pekan ini. Sepi sentimen positif di pasar saham mempengaruhi laju IHSG.

Pada penutupan perdagangan saham, Kamis (6/12/2018), IHSG merosot 17,62 poin atau 0,29 persen ke posisi 6.115,49. Indeks saham LQ45 tergelincir 0,25 persen ke posisi 976,97. Sebagian besar indeks saham acuan tertekan.

Sebanyak 259 saham melemah sehingga menekan IHSG. 149 saham menguat dan 130 saham diam di tempat. Pada Kamis pekan ini, IHSG sempat berada di level tertinggi 6.131,63 dan terendah 6.086,13.

Transaksi perdagangan saham cukup ramai. Total frekuensi perdagangan saham 438.404 kali dengan volume perdagangan 9,9 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 8,4 triliun. Investor asing jual saham Rp 436,67 miliar di pasar regular. Posisi dolar Amerika Serikat (AS) berada di posisi Rp 14.524.

Sebagian besar sektor saham tertekan kecuali sektor saham barang konsumsi naik 0,41 persen, sektor saham industri dasar mendaki 0,25 persen dan sektor saham tambang naik 0,04 persen.

Sementara itu, sektor saham aneka industri turun 2,39 persen, dan bukukan penurunan terbesar. Disusul sektor saham pertanian susut 1,33 persen dan sektor saham konstruksi melemah 1,3 persen.

Saham-saham yang mencatatkan top gainers antara lain saham SQMI naik 24,75 persen ke posisi Rp 630 per saham, saham ASJT mendaki 24,67 persen ke posisi Rp 374 per saham, dan saham KONI melonjak 24,64 persen ke posisi Rp 344 per saham.

Selain itu, saham NUSA melemah 24,73 persen ke posisi Rp 280 per saham, saham OCAP turun 24,19 persen ke posisi Rp 326 per saham, dan saham TFCO tergelincir 19,86 persen ke posisi Rp 565 per saham.

Bursa saham Asia kompak tertekan. Indeks saham Hong Kong Hang Seng koreksi 2,47 persen, indeks saham Korea Selatan Kospi susut 1,55 persen, indeks saham Jepang Nikkei turun 1,91 persen.

Selain itu, indeks saham Thailand melemah 1,03 persen, indeks saham Shanghai terpangkas 1,68 persen, indeks saham Singapura merosot 1,28 persen dan indeks saham Taiwan susut 2,34 persen/

Analis PT Binaartha Sekuritas, Nafan Aji menuturkan, IHSG melemah didorong minimnya sentimen positif dari domestik. Selain itu, para pelaku pasar global masih wait and see dan menantikan langkah konkrit dari AS dan China untuk akhiri kisruh perdagangan bebas di antara kedua negara itu.

"Sepertinya proses Brexit agak terganggu lantaran proposal May (PM Inggris Theresa May-red) masih ditolak oleh parlemen Inggris,” lanjut dia saat dihubungi Liputan6.com.

Ia menambahkan, pelaku pasar global juga masih wait and see serta menantikan hasil kesepakatan OPEC di Wina, Austria dalam rangka menstabilkan harga minyak dunia dengan pangkas produksi minyak.

 


2 Sentimen Ini Bikin Bursa Asia Tersungkur

Pekerja berswafoto dengan latar belakan papan pergerakan IHSG usai penutupan perdagangan pasar modal 2017 di BEI, Jakarta, Jumat (29/12). Perdagangan bursa saham 2017 ditutup pada level 6.355,65 poin. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Bursa saham Asia melemah pada perdagangan saham Kamis pekan ini. Bursa Asia tertekan jelang pertemuan the Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) dan adanya kabar penangkapan CFO Huawei Meng Wanzhou.

Pada perdagangan saham Kamis, (6/12/2018), indeks saham Hong Kong Hang Seng turun 2,62 persen pada sesi pagi. Hal itu dipicu saham Tencent koreksi lebih dari 3,6 persen. Saham ZTE koreksi 5,94 persen. Indeks saham Shanghai tergelincir 1,28 persen dan indeks saham Shenzhen susut 1,32 persen.

Bursa saham China merosot lantaran pelaku pasar fokus terhadap perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China. Selain itu, ada kabar CFO Huawei Meng Wanzhou ditangkap di Kanada menjadi sentimen negatif. Berdasarkan laporan grup Eurasia, penangkapan itu bisa menambah babak baru dalam hubungan AS-China.

"Permintaan penangkapan dan ekstradisi oleh pemerintah AS mewakili eskalasi baru dan utama dalam apa yang menjadi serangkaian upaya AS untuk menahan perusahaan China bertanggung jawab atas pelanggaran hukum AS beberapa tahun lalu," tulis dalam catatan, seperti dikutip dari laman CNBC, Kamis (6/12/2018).

Indeks saham acuan di Bursa saham Asia lainnya yaitu indeks saham Jepang Nikkei melemah 2,4 persen. Indeks saham Jepang Topix merosot 2,16 persen. Indeks saham Korea Selatan Kospi tergelincir 1,41 persen.

Hal itu didorong saham Samsung Electronics turun 1,93 persen. Indeks saham Australia ASX 200 tergelincir 0,52 persen. Bursa berjangka AS, indeks saham Dow Jones berjangka melemah. Diikuti indeks saham S&P 500 dan Nasdaq.

Jelang pertemuan OPEC juga pengaruhi bursa global. Negara tergabung dalam OPEC dan negara penghasil minyak utama lainnya akan bertemu pada Kamis waktu setempat. Pertemuan itu akan membahas kebijakan produksi minyak mentah..

"Fokusnya adalah pada minyak. Pertemuan awal jelang diskusi resmi OPEC menunjukkan kesepakatan untuk pemotongan produksi," tulis Head of Foreign Exchange Strategy National Australia Bank, Ray Attrill dalam ulasannya.

Selain itu, Presiden AS Donald Trump menyerukan OPEC untuk mempertahankan produksi minyak sebagaimana adanya jelang pertemuan OPEC.

Sepanjang 2018, Trump secara terbuka menyalahkan OPEC atas kenaikan harga minyak dan meminta mengambil langkah-langkah untuk kurangi harga minyak. Adapun pada perdagangan Kamis, harga minyak mentah Brent susut 0,76 persen menjadi USD 61,09 per barel dan harga minyak mentah AS tergelincir 0,98 persen menjadi USD 52,37 per barel.

Di pasar uang, indeks dolar AS berada di posisi 97,01 usai sentuh level tertinggi 97,04. Yen diperdagangkan di posisi 112,67 per dolar AS.

 

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya