Liputan6.com, Jakarta - Riset Lembaga Survei Indonesia (LSI) Denny JA menunjukan program Prabowo-Sandi belum menyentuh 50 persen kepopulerannya selama dua bulan masa kampanye.
"Belum masif terdengar. Rata-rata di bawah 30 persen yang mengaku pernah mendengar atau mengetahui," ujar peneliti LSI Denny JA, Rully Akbar di Graha Rajawali, Jakarta Timur, Kamis (6/12/2018).
Advertisement
Ada lima program Prabowo-Sandi yang dijadikan bahan survei yakni OK OCE dinasionalkan, gerakan emas minum susu, melarang impor, menaikan gaji PNS, mengangkat guru honorer.
Dari kelima program, OK OCE dinasionalkan menempati peringkat pertama program Prabowo-Sandi terpopuler. Namun, berdasarkan survei program itu hanya meraih 25,6 persen.
Sementara program gerakan emas minum susu meraih 23,5 persen, melarang impor sebesar 18,7 persen, menaikan gaji PNS sebesar 13,5 persen, dan mengangkat guru honorer sebesar 10,2 persen.
"Selama dua bulan kampanye, Prabowo-Sandi belum banyak berkesempatan mempopulerkan programnya untuk dikenal hingga ke atas," ujarnya.
Hal itu berbanding terbalik dengan pasangan Jokowi-Ma’ruf yang semua programnya menembus persentase 50 persen kepopulerannya.
Program Jokowi-Ma'ruf
Program Kartu Indonesia Sehat menduduki peringkat pertama sebesar 90 persen, disusul Kartu Indonesia Pintar 87,6 persen, Beras Sejahtera 69,0 persen, Program Keluarga Harapan 66,1 persen, Pembangunan Infrastruktur 59,4 persen, dan pembagian sertifikat tanah 55,3 persen..
"Semua program Jokowi dikenal atau diketahui di atas 50 persen pemilih. Namun dua bulan masa kampanye, program-program tersebut belum maksimal dikampanyekan. Buktinya tak ada satu pun program tersebut yang terbaca media monitoring," tukasnya.
Rully mengatakan, survei dilakukan sejak 10-19 November yang melibatkan 1.200 responden. Survei dilakukan dengan cara multistage random sampling, wawancara tatap muka responden menggunakan kuisioner, dan margin of error kurang lebih 2,9 persen.
Saksikan video pilihan di bawah ini
Advertisement