Liputan6.com, Jakarta Gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berada di zona merah pada awal perdagangan saham Jumat pekan ini. Nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ke posisi 14.553.
Pada pra pembukaan perdagangan saham, Jumat (7/12/2018), IHSG merosot 6,54 poin atau 0,11 persen ke posisi 6.108.
Pada pukul 09.00, IHSG susut 2,90 poin atau 0,05 persen ke posisi 6.112,5. Indeks saham LQ45 tergelincir 0,17 persen ke posisi 975,3. Sebagian besar indeks saham acuan tertekan.
Sebanyak 36 saham melemah sehingga menekan IHSG. Kemudian 100 saham menguat dan 113 saham diam di tempat. Pada awal sesi perdagangan, IHSG sempat berada di level tertinggi 6.116,37 dan terendah 6.1086,79.
Baca Juga
Advertisement
Total frekuensi perdagangan saham 4.803 kali dengan volume perdagangan 49,2 juta saham.
Nilai transaksi harian saham Rp 75,3 miliar. Investor asing beli saham Rp 7,36 miliar di pasar regular. Posisi dolar Amerika Serikat berada di posisi Rp 14.533.
Sebagian besar sektor saham menguat kecuali sektor saham keuangan turun 0,39 persen dan sektor konsumsi turun 0,12 persen.
Sektor saham konstruksi tercatat naik 0,46 persen, sektor saham perkebunan naik 0,37 persen dan sektor saham industri dasar menguat 0,30 persen.
Saham-saham yang mendaki antara lain saham MPMX naik 14,91 persen ke posisi Rp 925 per saham, saham ICON menanjak 9 persen ke posisi Rp 108 per saham.
Sedangkan saham-saham yang tergelincir antara lain saham LPLI merosot 4,76 persen ke posisi Rp 100 per saham, saham PSSI susut 3,29 persen ke posisi Rp 2.553 per saham.
Penutupan Kemarin
Gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bertahan di zona merah pada perdagangan saham Kamis pekan ini. Sepi sentimen positif di pasar saham mempengaruhi laju IHSG.
Pada penutupan perdagangan saham, Kamis (6/12/2018), IHSG merosot 17,62 poin atau 0,29 persen ke posisi 6.115,49. Indeks saham LQ45 tergelincir 0,25 persen ke posisi 976,97. Sebagian besar indeks saham acuan tertekan.
Sebanyak 259 saham melemah sehingga menekan IHSG. 149 saham menguat dan 130 saham diam di tempat. Pada Kamis pekan ini, IHSG sempat berada di level tertinggi 6.131,63 dan terendah 6.086,13.
Baca Juga
Transaksi perdagangan saham cukup ramai. Total frekuensi perdagangan saham 438.404 kali dengan volume perdagangan 9,9 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 8,4 triliun. Investor asing jual saham Rp 436,67 miliar di pasar regular. Posisi dolar Amerika Serikat (AS) berada di posisi Rp 14.524.
Sebagian besar sektor saham tertekan kecuali sektor saham barang konsumsi naik 0,41 persen, sektor saham industri dasar mendaki 0,25 persen dan sektor saham tambang naik 0,04 persen.
Sementara itu, sektor saham aneka industri turun 2,39 persen, dan bukukan penurunan terbesar. Disusul sektor saham pertanian susut 1,33 persen dan sektor saham konstruksi melemah 1,3 persen.
Saham-saham yang mencatatkan top gainers antara lain saham SQMI naik 24,75 persen ke posisi Rp 630 per saham, saham ASJT mendaki 24,67 persen ke posisi Rp 374 per saham, dan saham KONI melonjak 24,64 persen ke posisi Rp 344 per saham.
Selain itu, saham NUSA melemah 24,73 persen ke posisi Rp 280 per saham, saham OCAP turun 24,19 persen ke posisi Rp 326 per saham, dan saham TFCO tergelincir 19,86 persen ke posisi Rp 565 per saham.
Bursa saham Asia kompak tertekan. Indeks saham Hong Kong Hang Seng koreksi 2,47 persen, indeks saham Korea Selatan Kospi susut 1,55 persen, indeks saham Jepang Nikkei turun 1,91 persen.
Selain itu, indeks saham Thailand melemah 1,03 persen, indeks saham Shanghai terpangkas 1,68 persen, indeks saham Singapura merosot 1,28 persen dan indeks saham Taiwan susut 2,34 persen/
Analis PT Binaartha Sekuritas, Nafan Aji menuturkan, IHSG melemah didorong minimnya sentimen positif dari domestik. Selain itu, para pelaku pasar global masih wait and see dan menantikan langkah konkrit dari AS dan China untuk akhiri kisruh perdagangan bebas di antara kedua negara itu.
"Sepertinya proses Brexit agak terganggu lantaran proposal May (PM Inggris Theresa May-red) masih ditolak oleh parlemen Inggris,” lanjut dia saat dihubungi Liputan6.com.
Ia menambahkan, pelaku pasar global juga masih wait and see serta menantikan hasil kesepakatan OPEC di Wina, Austria dalam rangka menstabilkan harga minyak dunia dengan pangkas produksi minyak.
Advertisement