Liputan6.com, Seattle - Otoritas penerbangan di Indonesia dan India pada Kamis 6 Desember, mendesak Boeing memperbanyak agenda simulator untuk pilot Boeing 737 MAX, menyusul kecelakaan pesawat Lion Air yang mematikan.
Di lain pihak, produsen pesawat yang berbasis di Seattle, Amerika Serikat (AS) itu kembali menegaskan bahwa pesawat jet terlarisnya aman.
CEO Boeing Dennis Muilenburg mengatakan kepada stasiun televisi CNBC pada hari Kamis bahwa dia "sangat yakin" tentang keselamatan seri 737 MAX, versi terbaru dari jet penumpang yang telah terbang selama beberapa dekade.
"Kami tahu pesawat kami aman. Kami belum mengubah filosofi desain kami," kata Muilenburg, sebagaimana dikutip dari Channel News Asia, Jumat (7/12/2018).
Baca Juga
Advertisement
Komentar Muilenburg datang pada hari yang sama ketika regulator penerbangan India mengatakan pilot 737 MAX harus dilatih pada simulator yang mereplikasi dugaan skenario penyebab kecelakaan, sementara Kementerian Perhubungan Indonesia mengatakan akan segera memberlakukan persyaratan baru untuk pelatihan terkait.
Juga pada hari Kamis, Lion Air mengkonfirmasi laporan kantor Reuters, bahwa pihaknya sedang mempertimbangkan pembatasan pesanan 737 MAX setelah pesawat itu jatuh ke Laut Jawa pada 29 Oktober, menewaskan semua 189 orang di dalamnya.
Saat ini, Lion Air membeli 190 jet Boeing senilai US$ 22 miliar (setara Rp 318 triliun) yang sedang dalam daftar tunggu untuk dikirim.
Pelanggan MAX lainnya, termasuk operator penerbangan besar AS, telah menegaskan kembali bahwa mereka tetap berada dalam kesepakatan pembelian pesawat.
Sementara itu, tim penyidik memusatkan perhatian pada kemungkinan bahwa sistem untuk mencegah pesawat tidak kehilangan kecepatan (anti-stall), menerima keselahan umpan data dari sensor rusak, yang tersisa pada penerbangan berbahaya sebelumnya.
Boeing telah mengatakan prosedur kokpit yang diterapkan pada penerbangan sebelumnya sudah siap untuk mengatasi masalah seperti itu.
Tetapi, regulator AS mengatakan Boeing juga memeriksa kemungkinan perbaikan perangkat lunak, setelah mendapat kecaman karena tidak menguraikan perubahan terbaru pada sistem otomatis dalam manual untuk 737 MAX.
Simak video pilihan berikut:
Diperlukan Pelatihan Tambahan
Pelatihan tambahan juga menjadi fokus utama setelah kecelakaan.
Lion Air mengharapkan untuk memiliki simulator 737 MAX tahun depan, ujar Managing Director Daniel Putut pada pekan lalu.
Sebuah simulator dapat menghabiskan biaya antara US$ 6 juta dan US$ 15 juta --tergantung bagaimana penyesuaiannya-- dan memakan waktu sekitar satu tahun untuk dikirimkan, kata perusahaan pelatihan penerbangan CAE.
Sebagai informasi, CAE telah menjual sekitar 30.773 unit simulator MAX ke berbagai maskapai penerbangan di seluruh dunia.
Southwest Airlines Co mengatakan memiliki satu simulator MAX pada pesanan sebelum kecelakaan Lion Air, sementara American Airlines mengatakan itu bekerja dengan pilot dalam pelatihan.
Secara terpisah, American Airlines telah menambahkan ke bahan pelatihan pilot wajib diskusi tentang skenario yang dihadapi oleh pilot Lion Air, serta rincian perbedaan antara MAX dan pendahulunya, 737NG, kata Dennis Tajer, juru bicara Asosiasi Pilot Sekutu (APA), yang juga merupakan pilot American Airlines.
Advertisement