Banyuwangi Jadi Destinasi Wisata Arsitektur Indonesia

Banyak bangunan di Banyuwangi yang telah dikonsep khusus sehingga menarik minat wisatawan hingga ke mancanegara.

oleh Ahmad Apriyono diperbarui 07 Des 2018, 16:03 WIB
Satu keluarga asal Prancis menikmati suasana pagi di Pendopo Sabha Swagata Blambangan, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. (Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Liputan6.com, Jakarta - Destinasi wisata di Banyuwangi berkembang pesat. Setelah destinasi wisata alamnya mendapatkan pengakuan dunia, Banyuwangi kini juga punya konsep wisata arsitektur.

Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan, pengembangan konsep wisata arsitektur sudah membuahkan hasil di Banyuwangi.

"Selain mengoptimalkan fungsi bangunan untuk kepentingan layanan publik, ternyata ini juga mampu menarik minat orang untuk datang," ungkap Bupati Anas dalam informasi resmi yang diterima Liputan6.com, Jumat (7/12/2018) .

Para mahasiswa jurusan arsitektur telah ke Banyuwangi, antara lain Universitas Diponegoro Semarang, ITS, UI, hingga Universitas Atmajaya. Rombongan Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) dari sejumlah provinsi pun telah mendatangi Banyuwangi. Sejumlah pemerintah kabupaten kota dari berbagai provinsi juga datang untuk studi penerapan pembangunan yang mengadopsi arsitektur khas lokal.

"Saya juga dapat info ada lembaga pegiat arsitektur di Jakarta yang membuka tur arsitektur awal 2019 di Banyuwangi. Mereka membawa para peminat arsitektur dari berbagai daerah," ujar Anas.

Dalam beberapa tahun terakhir, sejumlah arsitek yang karyanya sudah lintas negara memang dilibatkan membangun Banyuwangi, mulai Andra Matin, Budi Pradono, Adi Purnomo, hingga Yori Antar. Mereka mengembangkan ruang terbuka hijau, terminal bandara, fasilitas pendidikan, stadion, pasar tradisional, pendopo, hingga lansekap destinasi wisata.

"Kami berterima kasih kepada para arsitek, karena mereka punya dedikasi tulus mengembangkan daerah lewat arsitektur," ujarnya.

Banyuwangi juga mewajibkan bangunan baru berskala besar untuk memasukkan unsur budaya lokal dalam arsitekturnya, seperti hotel hingga gedung perkantoran.

"Ini upaya menitipkan kebudayaan kami agar lestari. Maka di Banyuwangi kita bisa melihat hotel berbintang memasukkan batik bermotif Gajah Oling dalam arsitekturnya, dan sebagainya," papar Anas.

Kepala Dinas Pekerjaan Umum, Mujiono, menambahkan, berkat kolaborasi arsitek dan publik Banyuwangi, Bupati Banyuwangi baru saja diganjar penghargaan tertinggi Ikatan Arsitek Indonesia.

Sejumlah bangunan yang kerap dikunjungi untuk wisata arsitektur antara lain Terminal Bandara Banyuwangi yang berkonsep hijau dan mengadopsi penutup kepala khas Suku Osing (masyarakat asli Banyuwangi) yang digarap Andra Matin. Itu merupakan terminal bandara berkonsep hijau pertama di Indonesia.

Selain itu, ada pendopo yang digarap Adi Purnomo, dan telah diulas majalah internasional asal Belanda. Pendopo yang juga menjadi destinasi wisata itu dikonsep hijau dengan bunker, sehingga banyak yang menyebutnya sebagai ”Bukit Teletubbies”.

Ada pula Taman Blambangan yang digarap Adi Purnomo sebagai ruang publik tempat masyarakat bercengkerama. Yori Antar juga merancang shelter-shelter menuju kawasan Gunung Ijen. Kemudian Stadion Diponegoro dengan dengan siluet penari Gandrung dikerjakan Budi Pradono.

"Dan masih banyak lagi bangunan lain berarsitektur khas budaya lokal, mulai gedung olahraga, sentra kuliner pasar tradisional, destinasi, hingga sejumlah ruang terbuka hijau," ungkap Mujiono menambahkan.

Simak juga video pilihan berikut ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya