Liputan6.com, Jakarta - Banyak yang mencoba suatu produk karena tertarik dengan promosi dari para influencer. Seorang influencer itu memiliki latar belakang yang berbeda-beda.
Ada yang artis, musisi, seniman, model, dan lain sebagainya. Dengan banyaknya massa yang dimiliki, kerap kali influencer ditawari untuk mempromosikan sebuah produk dengan imbalan tertentu.
Strategi dengan menggandeng para influencer cukup berhasil menaikkan pamor dari suatu produk. Social media yang digunakan umumnya YouTube serta Instagram.
Baca Juga
Advertisement
Berhubung sekarang cukup banyak yang memiliki profesi sebagai influencer, Anda pun bisa menjalin kerja sama dengan mereka agar bisnis Anda lebih berkembang.
Kalau tertarik, silakan perhatikan hal-hal berikut ini, yang dilansir dari Swara Tunaiku.
1. Pilih Jenis Influencer-nya
Setiap influencer memiliki spesialisasi masing-masing. Ada yang hanya fokus ke masalah traveling, make up, fesyen, makanan, dan lain sebagainya. Tentukan sesuai dengan kebutuhan Anda. Kalau bingung ketika memilih yang tepat, konsultasikan saja ke teman, sahabat, atau orang yang bisa Anda mintai pendapat.
Kalau bisa, konsultasi ke klien yang pernah bekerja sama dengan influencer terkait saja. Setelah itu, baru pilih influencer yang dimungkinkan bisa menaikkan rating produk Anda.
Misalnya Anda ingin mengembangkan produk di bidang social media dan make up, bisa pilih Rachel Goddard atau bisa juga dengan menggandeng si cantik Alifah Ratu.
2. Jumlah Pengikut atau Follower
Produk yang hendak Anda promosikan akan meledak jika semakin banyak orang yang mengetahuinya. Oleh karena itu, pilih influencer dengan follower yang mencukupi kebutuhan. Tidak perlu banyak-banyak jika belum mampu membayar dalam jumlah besar. Asalkan konsisten promosi, pasti bisa berdampak baik.
Pertimbangan rate hampir selalu dipengaruhi oleh jumlah follower atau pengikut. Namun, hati-hati dengan influencer yang memakai mesin untuk menaikkan jumlah follower.
Soalnya influencer yang seperti itu rata-rata memiliki follower yang non-aktif. Namanya juga pakai mesin otomatis. Akun Instagram yang tidak ada pengikutnya pun bisa masuk daftar follower.
Biasanya, produk yang dipromosikan lebih cepat meledak ketika para follower di akun influencer terkenal fanatik. Mungkin bisa dengan mengandalkan pamor publik figur, seperti artis dan musisi. Rata-rata para pengikutnya sangat loyal membaca tulisan serta menyimak konten yang dibagikan. Baik konten berupa gambar maupun video.
3. Pertimbangkan Tingkat Pengaruhnya
Sebagaimana yang disebutkan sebelumnya, jumlah follower saja belum cukup untuk menaikkan popularitas produk yang hendak Anda promosikan. Namanya juga influencer, tidak jauh-jauh dari sosok selebritas. Sebagian yang jadi follower memang betul-betul fans, tapi sebagian lagi justru bertindak sebagai haters.
Ketika influencer yang banyak haters-nya meng-endorsement sebuah produk, justru bisa merusak citra baik produk yang hendak Anda promosikan. Tidak mau, kan?
Advertisement
4. Hitung-hitungan dan Pembayaran Fee
Soal pembayaran juga dipengaruhi oleh beberapa faktor. Bukan hanya soal jumlah follower saja. Ketika social media influencer masih tergolong baru, berikan produk saja. Pasti si dia mau.
Apalagi kalau produk Anda sudah lebih dulu laris di pasaran. Namun, untuk menghindari hal yang tidak diinginkan, kesepakatan dari kedua belah pihak harus ada.
Kadang seorang influencer juga menggunakan tim untuk meningkatkan popularitasnya. Influencer yang seperti ini seringkali meminta bayaran yang tinggi ketika diajak kerja sama. Kalau hasilnya diprediksi bisa meningkatkan pamor produk, kenapa tidak?
Mencari influencer tergolong sangat mudah. Soalnya Anda hanya perlu googling atau mencari tren yang ada di YouTube maupun Instagram. Efeknya sama bagusnya ketika sebuah perusahaan berpromosi lewat televisi serta radio. Bahkan bisa lebih bagus lagi karena para pengguna Youtube serta Instagram di Indonesia tergolong tinggi. Fee-nya pun lebih murah.
Saksikan video pilihan di bawah ini: