Liputan6.com, Jakarta - Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan ((BPJS TK) memastikan puluhan karyawan PT Istaka Karya (Persero) yang menjadi korban pembunuh di Ditrik Yall, Kabupaten Nduga, Papua, tidak menerima santunan.
Kepala BPJS Ketenagakerjaan Jayapura Adventua Edison mengatakan, berdasarkan data dari perusahaan, para pekerja Istaka Karya yang mengerjakan proyek Jalan Trans Papua tidak terdaftar dalam kepesertaan.
Adventua bercerita, sesaat setelah adanya kepastian jumlah karyawan perusahaan yang mengerjakan pembangunan jembatan, BPJS Ketenagakerjaan berupaya menghubungi perwakilan di Wamena, namun hingga saat ini belum ada data yang diserahkan.
Baca Juga
Advertisement
"Kami sangat menyayangkan, karena akibatnya karyawan tidak terlindungi dan keluarga tidak menerima santunan," kata Edison seperti ditulis Antara, Sabtu (8/12/2018).
Untuk diketahui, belasan jenazah yang berhasil dievakuasi pasukan gabungan dari Distrik Yigi, Kabupaten Nduga, Papua, berhasil diidentifikasi. Semuanya merupakan pekerja PT Istaka Karya.
"Seluruh 16 jenazah telah berhasil diidentifikasi. Iya semuanya pekerja PT Istaka Karya," ucap Wakapendam XVII/Cendrawasih Letkol Inf. Dax Sianturi, saat dikonfirmasi, Jumat (7/12/2018).
Mereka menjadi korban pembantaian Kelompok Kriminal Separatis Bersenjata (KKSB) Papua beberapa hari lalu.
Pesawat Hercules telah disiapkan dari Timika, Papua, untuk mengangkut jenazah ke Makassar. Dax mengatakan, pesawat akan diberangkatkan Pukul 15.00 WIT.
"Satu pesawat mengangkut jenazah para korban," jelas Dax.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Bos Istaka Karya Terjun Langsung ke Papua
Sebelumnya, Direktur Utama PT Istaka Karya (Persero) Sigit Winanto telah tiba di Wamena, Papua, pada Rabu kemarin. Kedatangannya untuk memantau dan berkoordinasi langsung mengenai penanganan kasus penembakan di Yigi, Kabupaten Nduga.
Corporate Secretary Istaka Karya Yudi Kristanto mengatakan, Direktur Utama Istaka Karya sudah berangkat menuju wilayah tersebut bersama dengan tim gabungan dari Kementerian BUMN, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), serta perwakilan dari TNI.
"Sampai saat ini Pak Dirut kami dan Direktur Operasi standby di sana menunggu koordinasi dengan aparat kemanan. Merka standby di Wamena," kata Yudi kepada Liputan6.com, Rabu (5/12/2018).
BACA JUGA
Dia juga belum bisa memastikan 31 pekerja yang menjadi korban apakah seluruhnya pegawai Istaka Karya yang tengah mengerjakan proyek Jembatan Yigi atau tidak. Karena sampai saat ini pihaknya belum bisa memastikan hal itu dari petugas keamanan.
Dijelaskan Yudi, sebelum kejadian, pengerjaan jembatan Yigi sudah mencapai 70 persen. Sesuai kontrak yang diberikan Kementerian PUPR, jembatan ini akan rampung pada 2019.
Lalu, apakah dengan dihentikannya sementara proyek ini target penyelesaian jembatan tersebut akan molor?
"Terakhir sebelum kejadian masih sesuai target. Untuk proyek ini akan jalan lagi kapan yang jelas mungkin kami harus menunggu rekomendasi dari pihak keamanan lagi," terangnya.
Jembatan Yigi, menurut Yudi, menjadi salah satu dari 14 jembatan yang dikerjakan Istaka Karyadalam mendukung proyek jalan Trans Papua.
Advertisement