Kurangi Perilaku Konsumerisme untuk Selamatkan Bumi

Festival ini bertujuan untuk mendorong masyarakat untuk mengurangi kegiatan belanja dengan membuat kreasi sendiri barang yang diperlukan.

oleh Yulia Lisnawati diperbarui 10 Des 2018, 13:05 WIB
Ilustrasi belanja. Sumber foto: unsplash.com/rawpixel.

Liputan6.com, Jakarta - Bicara sampah terutama plastik, memang menjadi masalah yang cukup mengkhawatirkan bagi kelestarian bumi saat ini. Kondisi tersebut tentu akan merusak keberlangsungan mahluk hidup di bumi.

Sebagai langkah nyata menyelamatkan bumi dari kerusakan lingkungan yang semakin besar, masyarakat bisa berkontribusi lewat kreativitas menggunakan barang-barang yang sudah dipunyai. Untuk itu, diselenggarakan kegiakan Make Smthng 2018 yang berisi acara diskusi serta sejumlah workshop, salah satunya furoshiki yaitu seni melipat atau membungkus kain tradisional Jepang yang dapat menggantikan penggunaan plastik sekali pakai.  

“Kita sudah berada dalam kondisi di mana ketergantungan terhadap plastik sekali pakai besar sekali. Setiap kita berbelanja, plastik sekali pakai pasti ada. Padahal tingkat daur ulang kita sangat rendah, hanya 9% secara global. Sisa sampah plastik lainnya yang tidak terdaur ulang ataupun terangkut ke tempat pembuangan akhir, sangat berpotensi berlabuh di tempat yang tidak seharusnya, seperti di sungai serta lautan,” kata Muharram Atha Rasyadi, Jurukampanye Urban Greenpeace Indonesia.

Make Smthng ini merupakan festival internasional yang diadakan di lebih dari 40 negara, dengan memanfaatkan momen diskon besar-besaran di akhir tahun seperti Black Friday, yang merupakan pekan diskon di luar negeri, dan Harbolnas (Hari Belanja Online Nasional) di Indonesia.

 


Jangan jadikan budaya

(Foto: Dok Greenpeace)

Festival ini bertujuan untuk mendorong masyarakat untuk mengurangi kegiatan belanja dengan membuat kreasi sendiri barang yang diperlukan. Kegiatan berbelanja tentu akan menghasilkan sampah plastik yang utamanya dipakai sebagai kemasan pembungkus barang.

“Jangan sampai konsumerisme menjadi budaya sehingga akhirnya penggunaan plastik sekali pakai pun tidak terkendali. Ini sangat berbahaya bagi kehidupan manusia, hewan serta lingkungan. Sudah banyak bukti yang bisa kita lihat, salah satunya penemuan sampah plastik sebanyak 5,9 kilogram di dalam perut bangkai paus sperma baru-baru ini,” lanjut Atha.

Selain peran dari masyarakat, swasta dan pemerintah pun harus turun tangan dengan mengurangi penggunaan plastik sekali pakai. Di tingkat pemerintah, sejumlah kementerian, seperti Kementerian Kelautan dan Perikanan, sudah berinisiatif tidak mengonsumsi air minum dalam kemasan.

Sementara beberapa pemerintah kota, di antaranya Balikpapan, Banjarmasin, Bogor, dan Denpasar telah mengeluarkan kebijakan melarang penyediaan kantong plastik di ritel dan pusat perbelanjaan modern.

“Pelarangan penyediaan kantong plastik di pusat perbelanjaan merupakan langkah yang baik, namun pelaksanaannya harus dilakukan secara konsisten. Dengan begitu, masyarakat akan terbiasa untuk tidak tergantung pada kantong plastik saat berbelanja,” lanjut Atha.

Yuk, kurangi penggunaan plastik dalam keseharianmu.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya