Kisah Putri Masako, Calon Permaisuri Jepang yang Tak Bahagia

Putri Masako mengungkapkan kekhawatiran dalam mempersiapkan diri naik takhta sebagai permaisuri Kekaisaran Jepang. Ini kisah selengkapnya.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 10 Des 2018, 20:40 WIB
Pangeran Naruhito dan Putri Masako akan meneruskan takhta Kekaisaran Jepang pada April 2019. (AFP)

Liputan6.com, Tokyo - Putri mahkota Kekaisaran Jepang, Masako Owada, mengaku "gugup" dalam mempersiapkan diri menjadi permaisuri pada April mendatang. Namun, ia berjanji akan melakukan segala yang terbaik untuk melayani rakyat Negeri Matahari Terbit.

Putri Masako akan menjadi permaisuri ketika suaminya, Putra Mahkota Naruhito, menggantikan kepemimpinan ayahnya, Kaisar Akihito.

Dikutip dari BBC pada Senin (10/12/2018), Kaisar Akihito (84) akan segera turun takhta tahun depan, dikarenakan faktor usia dan kesehatannya.

Sang putri, yang diketahui menderita gangguan depresi selama bertahun-tahun, mengatakan dia perlahan-lahan pulih dan mencoba untuk melakukan lebih banyak tugas kerajaan.

Putri Masako mengenyam pendidikan di Harvard dan Oxford, serta memiliki karier yang menjanjikan sebagai diplomat sebelum menikah dengan Putra Mahkota Naruhito pada 1993.

Namun, dia telah berjuang untuk mengatasi tantangan hidup di rumah tangga kekaisaran Jepang yang terkenal konservatif. Hal ini, menurut beberapa sumber, membuat sang putri kerap dilanda depresi.

Namun, dalam perayaan ulang tahunnya yang ke-55, Putri Masako menyampaikan sebuah komentar yang positif tentang masa depan Kekaisaran Jepang.

"Memikirkan hari-hari ke depan, saya terkadang merasa khawatir tentang sejauh mana saya dapat melayani banyak orang," katanya.

"Tapi, saya akan berusaha untuk melakukan yang terbaik sehingga saya bisa berkontribusi untuk kebahagiaan mereka (rakyat)," lanjut Putri Masako optimistis.

Tim dokter kerajaan mengatakan bahwa Putri Masako menderita "gangguan penyesuaian", suatu kondisi yang disebabkan oleh stres, di mana sering dikaitkan dengan depresi atau kecemasan.

Dalam pernyataan pada hari Minggu, Putri Masako mengatakan bahwa kesehatannya perlahan membaik, dan menambahkan, "Saya senang karena saya sekarang dapat melakukan lebih banyak tugas resmi daripada sebelumnya, sedikit demi sedikit."

Sementara itu, dalam pernyataan terpisah, dokter pribadinya menekankan bahwa penting bagi sang putri untuk diizinkan melanjutkan perawatannya, dan tidak mengalami terlalu banyak tekanan.

"Putri masih dalam tahan pemulihan, dan ada pasang surut tertentu pada kondisinya," jelas perwakilan dokternya.

 

Simak video pilihan berikut: 

 

 


Tekanan Ahli Waris Laki-Laki

Bendera Jepang (AP/Koji Sasahara)

Putra Mahkota Naruhito bertemu Masako Owada di sebuah jamuan teh untuk seorang putri Spanyol pada 1986 silam.

Owada, yang fasih dalam beberapa bahasa, baru saja lulus ujian yang membuatnya memenuhi syarat untuk bekerja sebagai diplomat senior bagi pemerintah Jepang.

Sempat dikabarkan khawatir untuk menikahi putra kaisar, akhirnya Owada menerima pinangan Putra Mahkota Naruhito yang terus menerus mendekatinya.

Namun, fakta tidak dapat disembunyikan. Publik Jepang mengendus ketidakharmonisan dalam kehidupan rumah tangga sang putra mahkota.

Pasangan Pangeran Naruhito dan Putri Masako diketahui berada di bawah tekanan untuk menghasilkan ahli waris laki-laki, meski telah memiliki seorang anak perempuan yang manis, Putri Aiko, pada tahun 2001.

Pada 2004, Pangeran Naruhito mengatakan kepada wartawan bahwa istrinya "benar-benar kelelahan" mencoba beradaptasi dengan kehidupan istana, dan menuduh pejabat kekaisaran "bergerak untuk melenyapkan" karakter dan kariernya.

Lebih dari satu dekade setelahnya, Putri Masako jarang muncul di hadapan publik, meski masih rutin melaksanakan fungsi utamanya sebagai istri pewaris takhta Kekaisaran Jepang di beberapa kesempatan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya