Liputan6.com, Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi bergerak bervariasi pada perdagangan saham Selasa(11/12/2018) ini.
Fund Manager Valbury Sekuritas Suryo Narpati mengatakan, sentimen eksternal kini terbilang netral dalam mempengaruhi laju IHSG pada perdagangan saham kali ini.
Apalagi setelah Amerika Serikat (AS) dan China menyepakati penghentian sementara tarif impor. "Kemudian juga intervensi Trump terhadap Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC). Ini bakal berdampak terhadap harga minyak mentah," jelas dia.
Baca Juga
Advertisement
Oleh sebab itu, Suryo menilai, gerak IHSG akan mengarah pada down to up pattern (mixed) dengan kecenderungan potensi menguat. IHSG berpeluang naik dengan diperdagangkan pada level 6.106-6.144.
Di sisi lain, Analis Indosurya Bersinar Sekuritas William Suryawijaya memaparkan, pola gerak IHSG di tengah perjalanan akhir tahun 2018 masih terlihat melanjutkan penguatan.
Meski begitu, sentimen dalam negeri diharapkan dapat terus positif untuk menjaga tren kenaikan IHSG hingga akhir tahun.
William melanjutkan, tingkat kepercayaan investor pun kini masih cukup tinggi terhadap pasar modal Indonesia. Namun tetap waspadai akan ketidakpastian market global yang membayangi IHSG kedepan.
Adapun William memprediksi IHSG berpeluang naik dikisaran support dan resistance di 5.955-6.226.
Untuk saham rekomendasi, Suryo menyarankan saham PT Astra International Tbk (ASII), PT PP (Persero) Tbk (PTPP), dan PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI).
Sedangkan William menganjurkan saham PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI), PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICB0), serta PT Surya Citra Media Tbk (SCMA).
Penutupan Kemarin
Gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bertahan di zona merah pada perdagangan saham awal pekan ini. Hal itu didorong aksi jual investor asing dan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang tertekan.
Pada penutupan perdagangan saham, Senin (10/12/2018), IHSG melemah 14,99 poin atau 0,24 persen ke posisi 6.111,36. Indeks saham LQ45 susut 0,27 persen ke posisi 974,98. Sebagian besar indeks saham acuan tertekan.
Pada awal pekan ini, IHSG sempat berada di level tertinggi 6.121,78 dan terendah 6.078,63. Ada sebanyak 255 saham melemah sehingga menekan IHSG. 138 saham menguat dan 133 saham diam di tempat.
Baca Juga
Transaksi perdagangan saham cukup ramai. Total frekuensi perdagangan saham 325.880 kali dengan volume perdagangan 10,6 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 7,8 triliun. Investor asing jual saham Rp 672 miliar di pasar regular. Posisi dolar Amerika Serikat (AS) berada di kisaran Rp 14.549.
Sebagian besar sektor saham tertekan kecuali sektor saham pertanian naik 0,40 persen dan sektor saham industri dasar naik 0,19 persen.
Sektor saham aneka industri merosot 0,87 persen,dan bukukan penurunan terbesar. Disusul sektor saham keuangan susut 0,43 persen dan sektor saham barang konsumsi tergelincir 0,23 persen.
Saham-saham pendatang baru pun cetak penguatan terbesar. Saham SOTS naik 69,70 persen ke posisi Rp 280 per saham, saham URBN melonjak 50 persen ke posisi Rp 1.800 per saham, dan saham MDIA mendaki 21,43 persen ke posisi Rp 153 per saham.
Sedangkan saham-saham yang tertekan antara lain saham DEAL merosot 24,95 persen ke posisi Rp 394 per saham, saham NUSA turun 24,76 persen ke posisi Rp 158 per saham, dan saham HERO melemah 16,30 persen ke posisi Rp 770 per saham.
Bursa saham Asia kompak tertekan. Indeks saham Hong Kong Hang Seng susut 1,19 persen, indeks saham Korea Selatan Kospi merosot 1,06 persen, indeks saham Jepang Nikkei tergelincir 2,12 persen, dan bukukan penurunan terbesar.
Kemudian indeks saham Thailand turun 0,23 persen, indeks saham Shanghai merosot 0,82 persen, indeks saham Singapura turun 1,24 persen, dan indeks saham Taiwan susut 1,16 persen.
Analis PT Binaartha Sekuritas, Nafan Aji menuturkan, ada sejumlah faktor pengaruhi pelemahan IHSG. Dari internal, ada harapan kinerja penjualan ritel domestik per Oktober akan turun menjadi 3,9 persen dari 4,8 persen.
Dari sentimen eksternal, pengumuman data tenaga kerja Amerika Serikat (AS) yang di bawah harapan para pelaku pasar. Selain itu, penangkapan CFO Huawei Meng Wanzhou di Kanada yang berpotensi meningkatkan ketegangan perang dagang AS dengan China.
“Hal-hal tersebut memberikan sentimen negatif yang mempengaruhi pergerakan bursa saham secara global,” ujar Nafan saat dihubungi Liputan6.com.
Advertisement