Liputan6.com, Jakarta - Menko Polhukam Wiranto memastikan operasi penyelamatan terhadap belasan pekerja pembangunan jembatan di Distrik Yigi, Kabupaten Nduga Papua, terus dilakukan.
"Saat ini operasi penyelamatan korban terus dilakukan. Baik di TKP maupun sekitar kejadian. Karena banyak juga dari para pekerja yang menyelamatkan diri secara terburai, tidak dalam kelompok," ucap Wiranto di kantornya, Jakarta, Selasa (11/12/2018).
Advertisement
Total, masih kata dia, sudah 17 orang yang meninggal. Kemudian 4 yang berhasil diselamatkan.
"Lalu 4 (orang lagi) masih dalam pencarian. Menurut teman-temannya mereka bisa lari, karena hanya luka bacok. Kita harap bisa ditemukan dalam hidup. Karena mereka ini pahlawan pembangunan sebenarnya," ungkap Wiranto.
Dia mengatakan, musuh yang pernah mencoba melakukan perlawanan, sudah melarikan diri.
"Musuh saat ini mencoba melakukan perlawanan telah melarikan diri. Sedang dilakukan pengejaran oleh aparat penegak keamanan," ujar Wiranto.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Cuaca Ekstrem
Tim gabungan TNI-Polri kesulitan saat mengejar Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Papua. Medan yang sulit dan cuaca ekstrem menjadi faktor utama kendala dalam melakukan pengejaran.
"Hambatan paling utama kondisi geografis dan cuaca. Hampir setiap menit berubah. Itu akan menyulitkan," kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo di kantornya, Jakarta, Senin 10 Desember 2018.
Untuk menuju lokasi saja, harus ditempuh dengan berjalan kaki karena memang kondisi geografis yang terdiri dari bukit dan hutan. Tak hanya itu, menurutnya komunikasi pun sering tersendat.
"Jalur komunikasi di sana banyak blank spot area, nggak bisa komunikasi menggunakan handphone, dengan menggunakan HT saja sangat terbatas juga jangkauannya," tutur Dedi.
Namun, aparat gabungan TNI-Polri terus bergerak mengejar dan membatasi ruang gerak KKB yang melakukan serangan di Distrik Yigi, Kabupaten Nduga, Papua beberapa waktu lalu. Diprediksi jumlahnya mencapai puluhan orang dengan memegang beberapa pucuk senjata pabrikan maupun senjata rakitan.
"Ya terus didesak oleh aparat TNI dan aparat Polri gabungan proses pertama adalah penegakan hukum," sebut mantan Wakapolda Kalimantan Tengah itu.
Advertisement