Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) diprediksi akan terus melemah hingga akhir tahun. Meski demikian, nilai tukar rupiah diperkirakan tetap akan terjaga di posisi 14.500 per dolar AS.
"Untuk tekanan rupiah saya rasa ini hanya bersifat sementara saja. Nilai tukar kemungkinan masih bisa bertahan ke level Rp 14.500 sampai akhir tahun," ucap Managing Director Jagartha Advisors, FX Iwan kepada Liputan6.com, Selasa (11/12/2018).
Tak hanya itu, melihat indikasi perang dagang yang kembali memanas, Iwan bahkan memprediksi The Fed bakal naikkan suku bunga acuanya pada bulan ini. Namun, kata dia, kenaikan suku bunga acuan The Fed itu akan sesuai dengan prediksi pasar.
Baca Juga
Advertisement
"The Fed kemungkinan di bulan ini masih tetap naik, tapi mostly sudah price in di market, untuk tahun depan yang agak berubah, karena sebagian besar ekspektasinya kenaikannya akan lebih terbatas," paparnya.
Senada, Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Piter Abdullah menilai, pelemahan rupiah yang terjadi tidak akan menembus ke level 15.000 per dolar AS. Menurutnya, rupiah bakal terjaga di rentang 14.600 per dolar AS hingga 14.900 per dolar AS.
"Penangkapan pejabat Huawei membuat isu perang dagang naik kembali. Ketidakpastian ini berakibat negatif terhadap rupiah. Namun rupiah masih bisa bertahan di bawah 15.000 per dolar AS," ujarnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Tergantung Neraca Pembayaran
Sementara itu, Kepala Grup Asesmen Ekonomi Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Firman Mochtar mengungkapkan, untuk tahun 2019, pergerakan rupiah akan sangat bergantung pada neraca pembayaran RI. BI akan terus berupaya untuk menjaga kepercayaan pasar.
"Terkait kurs rupiah di 2019, tentu akan ada hubunganya bagaimana pandangan kita terhadap prospek neraca pembayaran kedepan. Neraca pembayaran kedepan khususnya defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) kami perkirakan akan lebih baik, yakni turun 2,5 persen dari pertumbuhan ekonomi," pungkas dia.
Selain itu, menurutnya, portfolio investasi juga berpengaruh khusus untuk mendorong pergerakan mata uang rupiah menguat lagi.
"Kedua, bagaimana outlook kita terhadap financial account kedepan. Ini termasuk didalamnya yaitu Foreign Direct Investment (FDI) atau portfolio investment dan Investasi lainnya," ujarnya.
Ia pun menegaskan, BI akan terus berupaya menciptakan stabilitas rupiah ditengah berbagai sentimen eksternal yang menahan gerak rupiah.
"BI tidak ada target khusus terhadap level nilai tukar, namun BI akan ada di pasar terus, untuk pastikan volatile rupiah tetap terjaga dan menjaga confident pelaku ekonomi," tandasnya.
Advertisement