Jokowi Tetapkan 7 November Hari Wayang Nasional

Tanggal itu dipilih sebagai Hari Wayang Nasional agar sama dengan penetapan wayang kulit sebagai warisan nasional oleh UNESCO pada 7 November 2003 lalu.

oleh Liputan6.com diperbarui 11 Des 2018, 19:35 WIB
Calon Presiden Nomor Urut 01 Joko Widodo berdiskusi dengan masyarakat kreatif Bandung di Simpul Space, BandungSabtu (10/11). Jokowi berdialog dengan masyarakat kreatif Bandung dalam upaya mengembangkan ekonomi digital. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi menetapkan 7 November sebagai Hari Wayang Nasional. Keputusan diambil Jokowi saat bertemu puluhan seniman dan budayawan di Istana Merdeka, Jakarta, Selasa (11/12/2018).

"Beliau (Jokowi) langsung menandatangani penetapan Hari Wayang Nasional," kata Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Hilmar Farid, usai pertemuan.

Hilmar Farid menjelaskan, tanggal itu dipilih agar sama dengan penetapan wayang kulit sebagai warisan nasional oleh UNESCO pada 7 November 2003 lalu.

Sementara, usulan Hari Wayang Nasional sendiri datang dari masyarakat. Salah satunya dari komunitas wayang bernama Sena Wangi.

"Sena Wangi satu organisasi yang selama ini memang bergerak untuk memuliakan wayang," ujar Hilmar.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Semangat Baru

Dialog interaktif melalui media wayang golek di Ciamis (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Hilmar Farid berharap, penetapan Hari Wayang Nasional memberi semangat baru bagi pecinta wayang di Tanah Air, sekaligus menjadi wadah bagi pegiat wayang untuk mengembangkan kreativitasnya.

"Implikasinya ini akan tentu merayakan wayang yang selama ini tersebar di mana-mana sekarang punya satu forum untuk mengembangkannya lebih lanjut," ucap dia.

Presiden Joko Widodo didampingi Mendikbud Muhadjir Effendy dan Mensesneg Pratikno, bertemu puluhan seniman dan budayawan. Pertemuan dilakukan di Istana Merdeka, Jakarta, sekitar pukul 16.00 WIB.

Mereka yang hadir di antaranya penyair M Aan Mansyur; pegiat tradisi kesepuhan Abah Asep Nugraha; produser film berbasis budaya Abdul Azis; pegiat Suku Osing, Aekanu Haryono; praktisi film Alex Sihar. Ada juga sejarawan Bonie Triyana, penggerak sekolah rimba Butet Manurung, penyair Goenawan Muhamad, pegiat musik Jaya Suprana, dan pegiat literasi budaya Nirwan Arsuka.

 

Reporter: Titin Supriatin

Sumber: Merdeka.com

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya