Kubu Prabowo-Sandiaga Beber Alasan Buka Markas di Jawa Tengah

Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi berencana membuka markas di Provinsi Jawa Tengah.

oleh Liputan6.com diperbarui 12 Des 2018, 06:03 WIB
Bakal Capres/Cawapres Pemilu 2019, Prabowo Subianto (kiri) dan Sandiaga Uno usai menyerahkan syarat pencalonan di Gedung KPU, Jakarta, Jumat (10/8). Prabowo Subianto/Sandiaga Uno menjadi bakal calon kedua yang mendaftar. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi berencana membuka markas di Provinsi Jawa Tengah (Jateng). Juru Bicara BPN Prabowo-Sandi, Ferry Juliantono memaparkan alasan membuka markas di wilayah tersebut.

"Pertama provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang pemilihnya besar, kemudian kedua kalau melihat Pilpres 2014 itu pasangan Prabowo-Hatta kan kalah banyak di sana, ketiga provinsi Jawa Tengah memiliki tingkat keunikan dan tingkat kesulitan tersendiri," kata Ferry saat dihubungi Merdeka.com, Selasa (11/12/2018).

Atas dasar pertimbangan itu, kata Ferry, provinsi Jawa Tengah bisa menjadi tempat potensial untuk aktivitas Prabowo-Sandi maupun para relawan. Pembukaan markas juga dari pertimbangan beberapa pimpinan BPN yang berasal dari Jateng.

"Saya sendiri juga kebetulan di Jawa Tengah sama Pak Sudirman Said menjadi calon legislatif Partai Gerindra di Provinsi Jawa Tengah. Saya sendiri juga banyak mengadakan kegiatan di Jawa Tengah," tuturnya.

Meski demikian, dibangunnya markas BPN di Jateng belum diputuskan secara resmi dan masih tahap perencanaan. Namun, kata Ferry, ada beberapa tempat yang sudah dibidik. Salah satunya kota Solo dengan sejumlah pertimbangan.

"Mungkin kota Solo menjadi salah satu tempat untuk badan pemenangan nasional di sana. Dan buka posko deket rumah Pak Jokowi malah," ucap Ferry.

"Kalau posko hampir semua provinsi ada, ini badan pemenangan nasional. Jadi berkantor semua di Jawa Tengah," tambahnya.

Politikus Gerindra itu menambahkan, suara Prabowo di Jateng saat ini sudah berubah dan tidak kalah telak seperti hasil Pilpres 2014. Kemudian, hasil Pilgub 2018 antara Ganjar Pranowo dan Sudirman Said juga tak terpaut jauh. Maka dari itu, Ferry yakin, mitos Jawa Tengah sebagai 'kandang banteng' bisa terpatahkan.

"Kecuali kalau Ganjar Pranowo menangnya 70 sampai 80 persen itu baru disebut kandang banteng, tapi kalo ini kan tidak menangnya tipis. Pertimbangannya salah satunya adalah referensi tentang Pilpres 2014, kemudian juga Pilgub 2018. Jadi sebenarnya bukan kandang Banteng," tuturnya.

 


Tak Tertinggal Jauh

Gabungan Kelompok Tani se-Kota Batu dan Pelaku UMKM Malang, Jawa Timur curhat kepada calon wakil presiden Sandiaga Uno tentang kondisi perekonomian. (Foto: Tim Prabowo-Sandiaga)

Apalagi, kata Ferry, peserta reuni akbar 212 banyak yang berasal Jawa Tengah. "Jadi banyak rakyat Jawa Tengah yang ingin perubahan juga," tukasnya.

Soal target, Ferry tak mau muluk-muluk. Namun, pihaknya bakal berusaha maksimal supaya hasil Pilpres Prabowo di Jateng tidak tertinggal jauh oleh Jokowi.

"Kami juga harus menyadari bahwa kita punya target realistis minimal kita bisa memperkecil ya terpaut sedikit lah bisa mengimbangi Pak Jokowi, syukur kalau bisa menang," ucap Ferry.

Lebih jauh, Ferry menanggapi santai bila PDI Perjuangan tetap memasang target tinggi untuk kemenangan Jokowi di Jateng. Dirinya tetap berpegang pada hasil Pilgub Jateng lalu dan perkembangan politik yang sudah berubah.

"Ah dari dulu juga waktu Pilgub ngomongnya 80%, buktinya 50 sekian persen. Jadi karena memang Pilpresnya cuma dua pasang. Jadi Jawa tengah menjadi salah satu provinsi di pulau Jawa yang penting selain Jawa Timur, Jawa Barat," kata Ferry.

"Tapi pertimbangan kami di Solo karena kami bisa juga membantu pergerakan yang di Jawa Timur dan juga sebagainya. Ini penting untuk memenangkan suara di provinsi Jawa Tengah," pungkasnya.

 

Reporter: Muhammad Genantan Saputra

Sumber: Merdeka.com.

 

Saksikan video menarik berikut ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya